aku

aku
Ruhesa Arsawenda (Syair)

Kamis, 01 Januari 2015

MASIH MANIS KAN?

"Aku ingin melihatmu bahagia. Bukan tertawa, tersenyum apa lagi menangis. Dalam diam pun aku akan tahu tentang bahagiamu. Tak usah menulis, tak harus jadi puitis. Kelak jika kamu bahagia, aku pasti yang pertama memberimu hadiah manis," itu ucapmu sewaktu dulu yang kujawab dengan anggukkan kepala tanda mengerti.

**

" Hmmm, bagaimana aku bisa tak menulis. Aneh-aneh saja pintanya," fikirku dalam hati saat ini. Aku sudah terlalu terikat dengan kertas dan pena, Dia tahu itu. Bahkan hari-hariku seakan tak lengkap bilamana tak kugoreskan kata-kata meski sehuruf saja.

Ahh, sudahlah. Kini waktu jua telah berbeda. Aku dengan hidupku dan Dia juga dengan hidupnya. Mungkin hanya satu yang masih sama yaitu "rindu". Tapi tunggu dulu, rindu ini bukan rindu dengan keinginan untuk bisa memiliki, melainkan rindu ini tak lebih dari rasa kasih antara dua hati atas nama persahabatan sejati.

Ya, lama aku berfikir. Merenung lebih dalam, tentang semua yang terlewat untuk kujajaki. Semua adalah proses pendewasaan. Memberiku batasan antara angan dengan nyata, keberanian dengan kejujuran. Dan satu lagi cinta dan persahabatan.

Benar, semua kudapati selepas kepergiannya. Menyedihkan mungkin, namun setidaknya aku mendapatkan sesuatu yang lebih berharga dari pada cinta yang sekedar rasa untuk saling memiliki. Dia memang yang terindah, namun tak sejurus kupaksakan agar mampu kujamah.

Hehehe, ini aku menulis ya? Tukan aku tak bisa menuruti perintahnya. Ya sudah, semua telah terlanjur basah. sekarang aku mau menyelam sekalian dengan beberapa baris puisi, hihihi ...

selepas senja, malampun tiba
tutup jelaga berganti rupa
masih tentangnya, yang aku cinta
membubuhi rindu sepanjang masa

ah, hujan pun seakan ikut bernada
menarikan semilir berpesta cuaca
begitulah gemuruh merajuk nuansa
kukait indah serupa kidung pemuja

terus dan terus melagu
kulajur bahasa sepenuh rindu
untuknya, kuharap tahu
di sini aku selalu menunggu

bukan, bukan kata perayu
sejujurnya hanya untaian sendu
melurus malam menikmati waktu
melepas penat biar tak mengganggu

cukup ah, nggak usah panjang-panjang, entar aku melayang hingga lupa pulang. Beginilah aku saat ini selepas kepergiannya yang mungkin takkan pernah kembali. " Aku akan bahagia, ya aku akan bahagia seperti permintaanya." Tapi kalau masalah menulis aku nggakkan bisa meninggalkannya. "Maaf ya," kuharap hadiah manisnya tetap berlaku, meski aku tetap bertingkah puitis dan sedikit romantis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar