aku

aku
Ruhesa Arsawenda (Syair)

Rabu, 31 Desember 2014

INGINKU (kehadiran tanpa perpisahan)

aku hanya ingin mendapatkan sejatinya kehadiran tanpa perpisahan
menutuup semua rongga-rongga ruang pergi tanpa penjelasan
biarlah semusim kukilah dalam seribu pertanyaan
kumulai jejak ini dengan lebih menjaga perasaan

cukup, 
cukup semua menjadi pengalaman
aku sudah terlalu lelah dengan kedukaan
terasa telah habis airmataku berjatuhan
inginnya kini,
ada seulas senyuman yang mendamaikan

ahh ...
semoga saja itu tak lagi impian
biar dapat kurengkuh makna kebahagiaan
menghapus kisah lalu yang penuh kegelapan
tak lagi suraman menghias keseharian

ya, ini masanya aku harus kembali meniti jalan
memupuk setiap jengkal rintangan layaknya batu lompatan
tentunya dengan sebuah hulur kasih yang ingin kudapatkan
darinya sesosok wajah yang penuh keteduhan

dia,
dia yang selalu kurindukan
sesaat mula sapa itu dipertemukan
adalah sebuah kehadiran yang membersitkan harapan
harapan akan indah itu tak lagi impian

semoga,
semoga tak ada lagi perpisahan
karna aku telah cukup lelah dengan kesendirian

SURAT UNTUKMU

dan layaknya tercatat sesimpul rindu menikmati sepi
kutorehkan kata hati untuk kau baca nantinya bersama kiriman mawar yang kuberi
kutuliskan bagaimana rasa ini begitu merindumu
berharap sebuah kehadiran
, dan kaulah itu yang kutunggu

kasih
...
taukah ini rasa sedari mula mendiami
kau yang senantiasa ada mencumbui malam dalam lelap bayangan mimpi-mimpi
hadirlah
...
setelah kau baca nantinya suratku yang penuh cinta
untukmu kuungkap apa adanya rasa biar kau tau akan segalanya
adalah aku yang mencintaimu sejak
awal kata beradu
menambat hati simpul senyummu kala itu yang begitu meronakan rindu sepanjang waktu

mengertilah
...
kuharap yang kumaksud kau juga memahaminya
adanya kau terpinta di pucuk doa-doaku meminta
ingin akhirnya jawabmu terbuka
menerima aku
, menyuntingmu dalam kesaksian masa beraltar kesucian hati
berdua mengikat simpul mati berjanji sejati
mengarungi bahtera hidup bernaung lingkar cinta sepanjang hari

begitulah mimpiku
...
semoga serupa apa yang berlaku
kau menyambut rasaku dengan pintu hatimu yang terbuka
mempersilahkan aku masuk untuk mengisinya
meronai indah warna-warni cinta untuk kita jaga

KAU DEKAT (tak tersentuh)

kata-kata menjadi sedemikian langka tatkala rindu senyap menghadirkan luka
layaknya sekejap malam meninggalkan senja,rembulanpun enggan mengetuk pintu gulita untuk menyapa
gelap tetaplah gelap,menuntun jeritan punguk nan semakin meratap

'
'

Berkisah ...
tentang sajak rindu di belantara rasa yang menimbun gelisah
sebuah jalinan hati,pertalian jiwa untuk saling memiliki
mengikat kebersamaan,memetik kebahagiaan
namun kiranya sepenggal hanya sebatas singgah, akhir berkisah rindu membuncah

kau yang kusangka akan senantiasa disisi,nyatanya restu itu tak memberikan kita jalan meraih ikatan suci
terantuk katanya kasta jadi prasangka, ternyata ukuran lebih di junjung dalam cinta
apa danya ketulusan,tiada dipandang kejujuran
hilang sebatas asa mengukir rimbunan luka-luka, mengurai air mata sesaat keruntuan astana cinta berdinding doa-doa

dan setelahnya,aku mencoba untuk ikhlas menerima, merelakan perpisahan meski sejengkal jarak tetap tak berbeda
kau yang menjadi pujaan jiwa
ku lihat nyatanya bersanding di pelaminan bukan denganku, melainkan dengan yang mereka jodohkan
teriris hatiku seketika itu seakan tersayat sembilu hingga sedalam-dalamya luka mematikan rasaku

aku tak mengerti, aku tak jua mampu memahami
apakah ini yang di kata cinta tak harus memiliki ataukah yang di kisahkan cinta tak direstui
yang kurasa aku butuh tempat untuk merenungkan diri, mencaci maki keadaan sejenak mencari kedamaian
biar cukupku menerima, biar sanggupku memberi sapa untuk dia yang kuharap bahagia
kini pintaku tak lagi bersama, kucukupkan doaku kau bahagia
biar kutahan luka dengan segurat senyuman, memendam jauh cinta tak lagi tersampaikan
kenyataan kau sudah milik orang, bukan lagi harap yang mampu kupanggil sayang


" CINTA SEJATI BUKAN SOAL MEMILIKI,NAMUN BAGAIMANA KITA DAPAT BERKORBAN DEMI KEBAHAGIAAN ORANG YANG KITA CINTAI .
"

PAGIKU TENTANGNYA

kupetik aroma pagi dalam kedalaman sunyi
berembun basah melumuri titian diri tatkala kutatap jauh sasana berkasta syurgawi
ya, itu ...
segurat wajah dengan lesung pipi yang menghiasi
nampak mengulas senyum membuatku jauh hati

namun, tetaplah itu serentakan maya dalam kilas bayang
tak tersentuh nyata untu kujelang
hanya mampu kini pagi kurindukan
berharap dianya sama dalam perasaan

sapa, sekedar sapa ...
itu sudah lebih cukup mendamaiakan
menawar rinduku dalam dendang kesepian
dia yang kuumpamakan laksa kejora di lintas langit punya pesona
ingin hadinya selalu ada menghias semesta rasaku dengan cinta

biar, biar saja aku terlalu jauh berangan jiwa
toh memang begini nyatanya yang kurasa sepanjang waktuku bercerita
tentangnya yang akhir-akhir ini menjadi tajuk utama
menaik kata jemariku untuk terus melukiskan cinta
padanya
untuknya

TETAP

aku bermalam dalam ruang imajiku,
dan terbangun saat pagi menyadarkanku
ah, padahal masih ingin kurenangi lagi
menepiskan kata nyata tak untuk kumiliki

salah,
salahkah aku begini
sengaja terbawa gejolak hati
karna nyatanya cinta yang kurasa
telah menenggelamkanku tanpa huluran daya
aku terbelenggu
aku terikat rindu

dan malam-malam yang menjelaskan itu
akan sebuah kilas lamunan sepanjang waktu
sedari pagi ini bahkan hingga nanti malam mengetuk pergi
tak lepas segurat bayang itu selalu mendiami

lalu, bagaimana caranya aku bisa melupa
sedang semua yang kususun atas nama rasa
serupa ini kutuliskan dalam catatan sepi
mewakili kesahku dari hati

aku akan tetap mencintai meski tak dicintai
aku akan selalu merindui meski tak serupa berbalas hati

GELISAH DALAM DIAM

dan aku terdiam memperjelas kerinduan
menguntit jejak tulisanku di balik patahan pena yang menjadi dua
satu mengisyaratkan asa dalam sebuah sapaan
lagi menandakan kata yang tak sampai untuk bicara

terhenti ...
sejeka aku mengulas fikir lebih mendalami
salahkah aku ini terlalu berharap lebih
menimang-nimang waktu tak kunjung rasanya berpadu
namun kiranya aku tak jemu, meski diayun-ayunkan rindu

entahlah,
mungkin aku sudah terlalu gila
memandang semua dengan kebutaan lain rupa yang ada
hanya satu ternama
hanya satu yang ada dalam jiwa
kaulah itu pencuri hati sedari mula membayangi
mengisi lamunanku sepanjang hari berwujud mimpi-mimpi

duh, harus bagaimana ini
aku layaknya yang terpedaya dalam canduan rasa
tak tau kapan penawarnya tiba
tak tau entah sampai mana harus tertunda
bahkan ataukah memang cukup sampai pada perhelatan mimpi
nyata itu terlalu jauh untuk didapati

ah, apalah ...
aku seperti terkatup dalam lingkaran gundah
diam, menyesak rindu mendalam
melebam jejak-jejak tulisanku yang tersulam
sebatas kerinduan, aku ingin sedikit mencurahkan
meluahkan gegar perasaan yang begitu menggelisahkan

Selasa, 30 Desember 2014

BUTA, BUTA, BUTA

seketika aku mati saat menikmati sunyi mengeja namamu
mati ... bukan sebagaimana wujud raga membumi
ini mati, tenggelam dalam sekelebatan mimpi yang seperti tak ingin terbangun lagi

yang aku ketahui,
setiap kupejamkan mata bayangmu selalu ada
tak bisa kutepis apalagi kucoba kikis
serupa malam ini, keluhku menciderai sepi
memanggil namamu di setiap bisik hatiku mendulang mimpi

ahhh, bagaimana ini
aku layaknya yang tertawan dalam kurung rasa
mencintai bagiku adala jalan cerita
sepenggalan kutiti meski terlihat buta
untuk mencapaimu tak peduli luka-luka
untuk melihat senyummu tak kurasa duri meraja

buta, buta, buta ...
ya, aku telah buta atas nama cinta
mengharapkanmu serupa setajuk rindu asa di gantung langit semesta
hanya mendung yang kudapat
hanya hujan yang mengerat
aku terikat layaknya basah bumi yang sekarat
jatuh terjerat sehulur rindu hingga ujung hayat

benar aku mati saat menikmati sunyi
mati dengan wajah-wajah nuansa berlainan seri
dan kamulah yang mematikan itu
menjerat hatiku dalam belenggu cinta nan bernama rindu

DALAM BENING

dalam bening yang mengkristalkan rasa untuk berkaca
kutemukan disana air mata atas nama cinta
bukan karna luka,
bukan pula karna kecewa yang membahana

air mata ini mengisyaratkan kebahagian meski tak terkecap sebuah sentuhan kehangatan
air mata ini menyiratkan kedamaian meski hanya sebentuk senyuman di balik seringai wajah dalam lamunan

kau ...
kau yang mungkin tak bisa kumiliki,
tak apalah bagiku cukup memandangmu seri, mengilaskan keindahan sepanjang hari
mengisi walau tak melengkapi
berbagi walau hanya selewat sapa senyum selepasnya pergi

dalam bening yang menkristalkan rasa untuk berkaca
kutemukan wajahmu disana dalam kelopak cahayaku membuka mata
kau laksana pematik api setelah gelap lama mendiami
hadirmu adalah daya diri meski akhirnya tetap abu menjadi tempatku kembali

kau kukagumi
kau kucintai
ya, kau itu penghulu rindu hati
benar tak bisa kupalingkan rasa ini untukmu yang terliahat jauh kumiliki
aku mengerti
aku cukup memahami
siapalah aku ini, hanya serupa punguk yang memintal asa terlalu tinggi

KISAHKU MALAM INI (rindu)

yang tersibak angin dan jatuh di bahu malam
serupa lembaran-lembaran daun menyeruak kebasahan tatkala deru hujan datang menghujam
sebagaimana ini kisah kuceritakan
menderu tangis dalam sahut kerinduan tiada jawaban

tentang apa adanya waktu
kusingkap itu dari catatan-catatan kosong bernama rindu
itu merisalahkan kata hati tak tau mana padam pelita yang harus ku patik lagi
sedang kegelapan semakin menutup dari rongga-rongga sepi mengiring malam-malam sunyi dalam kegetiran mimpi tak pasti
seperti rasaku saat ini

ku pandang lagi dan ku pandang lagi
torehan kisah ini nampak nyatanya yang terjadi
aku adalah sang pelaku dalam rindu beku
terdiam di sudut kelabu merenung pilu berteman secarik pintalan aksara bernada sendu

ini serupa secarik yang tertoreh dalam lembaran-lembaran bisu
mengisahkan bagaimana waktu menyudutkanku di hulu rindu
dan akhirnya kisah inipun tercipta ku ulas lagi jadi penyenanding sunyiku malam ini
memungut serpihan mimpi kiranya aku yang kembali terpaku dengan jejak-jejak kerinduan hingga lelap membawaku ke arung ilusi nanti

TENTANG CINTA DALAM PEMBUKUAN HATI

kubukukan kata cinta dalam sebuah risalah hati berbunga-bunga rindu nan mekar merona
harum kucatat itu layaknya serian wangi dari kuncup melati yang menyerbakkan aroma rasa penuh pesona
indah dalam pembacaan hati
teduh dalam setiap kata nan penuh arti


aku ...
mungkin terlihat terlalu menafikan makna yang hakiki
mengumpamakan pembagian rasa dengan permajasan kata-kata mimpi
namun seranumnya memang sengaja
kukaitkan nada bicara berwujud aksara jiwa
merdu di dengar diri
menyentuh hingga relung hati

begitulah kiranya aku mengisahkan berbagai nuansa rasa
tentang cinta
tentang air mata
tentang rindu
pun kelukaan yang membelenggu


aku ...
yang ingin sedikit berbeda dalam pemberandaan kata
mencipta keindahan kata meski terkandung makna luka-luka
layaknya risalah hati dalam catatan sepi
ini ... pembukuan cintaku menjelma serupa canduan rindu yang selalu ingin dinikmati

RINDUKU SELALU UNTUKMU

di sudut kehampaanku memulangkan wajah sepi
menggenang rindu itu dalam telaga rasa penantian hati
cukup kesendirian menjadi iringan masa dengan penjelajahan lara
menjajahi setiap duri-duri mendera adalah sebagian dari pada cinta memberi cerita

berserak berjatuhan
...
silih berganti musim seiring gugur dedauan dari ranting-ranting dahan
pertanda sudah berapa lama rindu mengemban rasa
sedang kedatangan itu masih sekedar tanya tanpa jawabnya

tak apalah
, mungkin kurangku lebih dalam untuk memahami
terlalu tergesa akan hasrat rasa menjemput mimpi-mimpi
biarlah kini aku kembali meneguhkan arti atas wawasan jiwa indah pada saatnya
karna penantian tiadalah sia-sia dengan kesetiaan yang terjaga

untuk satu nama ku haturkan rindu
untuk satu hati kukaitkan cinta beradu
padamu yang terkilas dalam setiap lamunan
ku ada
kuyakinkan rasa ini untukmu senantiasa

cinta ....

Senin, 29 Desember 2014

GURATAN CINTA

kutuliskan sebuah parafrase hati dalam lembaran kanvas jiwa milikku sendiri
cinta ...
itulah yang kulukiskan di setiap torehan kata yang bercerita
adanya rindu selalu hinggap sepanjang waktu
pun kecemburuan mewarnai setiap tingkah rasa yang berlaku

ini kuguratkan dengan sebentuk pembacaan rasa
menjalar hingga kerelung jiwa apa yang menjadi tajuk prasangka
rindu kuberi nama itu selaras aku punya mau
mengisahkan sebuah penantian sampai hulu temu

dan kurasa tak cukup ribuan bahasa untuk mengungkap segalanya
tentang cinta yang sejatinya ada terlahir dari ketulusan jiwa
maka layaknya ini satu caraku untuk lebih memahami
mengurai intisari cinta sejalan dengan kata hati yang ku ulas dalam sebentuk puisi

begitu pula serupa jalan cerita yang selalu berubah-ubah nuansa
seperti itu pula aku menuliskannya selaras apa yang menjadi rujukanku untuk bercerita
kubumbui indah
kutepiskan segala gundah
biar yang ada hanya ranuman cinta nan berseri-seri
mewarnai hari-hari dengan pesonanya yang begitu memikat hati

CINTA

cinta adalah apa yang kau pancarkan dari hatimu
ketika aku memandangmu
saat itulah seolah kulihat pintu cahaya terbuka dari kedua bola matamu yang begitu mempesona
seketika aku terpana
terasa teduh itu didalam jiwa

maka ...
rengkuhlah tanganku kekasih,,,
karna cinta sedang menuntun kita menjadi yang terpilih
meraskan manisnya
merasakan romantisnya

Inilah kesempurnaan rasa yang tersimpan lagi misteri di dalamnya
tentang cinta tentang sederat makana yang tak terjelaskan untuk sekedar dibaca

...
sebagaimana pertemuan memberi jalan untuk maju
maka ikatan itu terjalin antara kita meski masih butuh waktu untuk saling mengerti
menaut hati hingga sampainya nanti mampu untuk berbagi
dan kau itu

MASIH DALAM RINDU

apa yang kutuliskan tak lebih cukup untuk mengurai rasa
pun seberapa banyak lembaran tercipta tetaplah masih kurang untuk bercerita
tentang bagaimana ini ada
tentang bagaimana wujudnya menyapa

mungkin aku terlalu bodoh untuk mereka-reka
membutakan hati yang ternyata kiasan saja
karna nyatanya tumbuh itu sekelumit cinta
membuihkan rindu membara sepanjang waktuku menjejak masa

dan selanjutnya adalah caraku menjulurkan kata hati
menyemai benih-benih intisari dari kedalaman aku punya puisi
dan biarlah sampai patah penaku tak teraut lagi
kecap bibirku takkan terhenti meski hanya terlukis dalam larik imaji

ini awalnya sekelebat didengar sepi
tiba-tiba hadir mengisi rongga-ronga sunyi
itulah kau kiranya penoreh dengan senyum mentari
hangat merajuk jiwa damai menyetubuhi hati

ya, aku benar-benar mencinta
meski ku tak tahu serupakah sama kau punya rasa
tak apalah, kucukupkan hasrat hati bila tak mampu memiliki
teduh senyummu itu biar kujadikan pembingkai hari-hariku yang selalu merindui

kau mungkin yang terpuja tak untuk jadi nyata
sedang aku hanya sang pengagum dengan kerendahan kasta
mimpi kiranya selubuk sia masih harus kujajari
meraih cintamu bagai mengendapkan rasa dalam jenjang sepi

begitunya rindu ini
begitunya rasa ini
cinta yang membutakanku lagi
cinta yang menemukanmu untuk kurindui

AKU MASIH DISINI

aku masih disini ...
dengan pembacaan rindu yang beku
mengurai tanya dari setiap pendelegasian rasa yang ambigu
dan entah seperti apa makna yang terhatur pasti pada masanya nanti
yang kutahu kini hanya sekedar hiasan kata dalam corak-corak warna misteri

ya ...

aku masih disini
terlarut asik menikmati huluran kata-kata penuh arti
dalam terhanyut aku hingga hilang lalu
jauh tenggelam pada penceritaan kisah berhulu rindu

dan ...

sepertinya aku akan masih disini
duduk sendiri memilin-milin masa dengan kejernihan fikir berintuisi
mencari apa itu jejak risalah berkasta semu
menjadikannya nyata pada akhirnya di titik temu
aku mau itu ....

Minggu, 28 Desember 2014

DEGUP BERDENYUT

kembali desir jantung mencairkan kebisuan
berdenyut nadi-nadi raga menggerakkan jemari berkata-kata
dan tersiratlah itu dalam sebuah lembaran
adalah hasil karya tinta rasa menuliskan gurat-gurat pesona
terulang untuk kembali dibaca
terdulang tak untuk dilupa

ahh, bisik didengar lirih menjadi haluan
merentas kais-kais aksara berwujud tajuk perasaan
seperti usang namun tetap membayang
nampak hilang, sedianya baru saja datang
sang pena meraut kata hati
menyusun ritme rasa dalam kajian sepi

terus dan terus-terus saja pembaitan baru itu tercipta
menghulur kecap nadi bebas menarikan jemari
berbunga putik-putik aksara untuk sebuah rasa
merajut layaknya benang sari jadi pengiring seri
harumnya mewangi
katanya menarik hati

duh, lepas landas mimpi melajur pembawaan hati
berdegup detak-detak sepi melindas kebisuan tak jadi situasi
telah terlantun kata layaknya penguak rahasia
itu kiranya pendelegasian kesah jiwa dalam urai bahasa
tentang apa itu di relung kalbu
sebuah sentuh rasa yang dinama rindu


BAHASAKU DI BALIK DIAM

mengalun aku dalam pelukan diam
menyederhanakan kesah hati dengan sebuah sulaman
kurakit layaknya pintalan sutra-sutra malam
kubukukan menjadi secarik risalah pengharapan

hmmm ...
sengaja kulajurkan sepi
membahasakan ritme-ritme dari tuturan sunyi sebagai juru kunci
tak terketuk bilamana hanya kiasan yang menyapa
tak terbaca tatkala rujuk rasa jauh dari pendalaman jiwa
karna semuanya terkatung untuk dipahami,
bukan sekedar ulas cerita terbaca dan dilupakan lagi

ya, mengalun aku dalam pelukan diam
menyiratkan arti mendalam pada secarik pinta timbul tenggelam
kukait misteri setiap pendelegasian merujuk hati
kutuntun renung fikir lebih jauh untuk memahami

sayogyanya adalah kepekaan rasa yang bicara
merubuhkan dinding pemisah di serangkaian kubuk-kubuk berjeruji mimpi
kunci, itulah nama sekenanya hati mampu mencerna
membaca siratan yang tersimpan dengan makna nyata
bukan lagi hanya sekelebat pergi,
ataupun penulisan tak meninggalkan arti
karna sedalamnya yang ada mewakilkan cara bicara
menyambung tautan kata bisku di balik diam berbahasa

ini akunya,
untuk dilihatnya ....

SELALU TENTANGMU

dan tarian penaku senantiasa bercerita tentangmu
jujur dia berkata-kata,
mengukir setiap lekukan rasa yang ada,
dariku untukmu

bacalah ...!
meski sekejap itu penuh dengan rayu
toh nyatanya begitu,
adamu mengalirkan arus kataku berlagu
kau serupa riak gelombang yang menenggelamkan hati
telah terlelap rasaku hingga rubah nuansa selalu terlihat berseri-seri


benar aku cinta,
selajur bahasaku menjelira dalam urat aksara
nampak nian indah kugubah selaras kau punya wajah
menyungging senyuman itu membuatku jatuh berserah

ah, aku kalah,
tak mampu menahan hasrat rasa ini yang mengelah
padahal sempat kututurkan kebutaan rasa
menepis itu titian sapa cinta yang akan kembali menyapa
namun,
kiranya kau berbeda
lain rupa tak seperti apa yang pernah ada
hingga buatku itu terjaga dalam rindu
mengilas wajahmu seirama lembut suaramu yang sendu

kenyamanan yang kurasa,
kedamaian yang menyapa
benar itu kau adanya,
mengalirkan titian penaku untuk selalu bercerita
berwujud puisi,
berwujud frasa-frasa hati
semua untukmu duhai kau gadis berlesung pipi yang telah membuatku jatuh hati

Sabtu, 27 Desember 2014

CATATAN HATI

kutuliskan sebuah kata rindu dalam catatan hati yang kuselak dari kisahku sepanjang hari
adalah cinta yang kiranya memenuhi segenap relungku berbicara sunyi
menorehkan kegetiran rasa saat keberadaan tak kunjung nyata
pun merisaukan jiwa tatkala angan itu masih sekedar sekelebat asa

ini ... di buku ini,
kutuliskan berlembar-lembar segala nuansa perasaan yang kurasakan
rindu
cemburu
air mata
senyum tawa
semuanya ku bungkus indah dalam kais-kais kata aku punya aksara

dan sebagaimana itulah nyatanya
setiap kata mewakilkan rasa yang ada
setiap goresan tekandung wujud rasa hati yang kukisahkan
selalu itu meski berlain-lain pandangan

cinta,
begitulah cinta adanya
selayaknya itu menjadi tajuk cerita meski tanpa judul nama
serupa ini pembacaan hati yang kulukis seumpama puisi dari bawah sadar mimpi-mimpi
indahnya akan tetap tersirat selaras keheningan sunyi untuk memahami

ASTAVANIA ( sudahi kali ini )

maka masih dengan sketsa
lajur mimpi tak untuk dibuat paradigma
biarlah dia tetap berwujud biasan paramecia
karna kiranya logia pun telah memalingkan muka

duh, astavania ...
sudahi saja intuisiku berjelira
agar sejenak mampu kupejamkan mata
menyelam lebih dalam sekedar mencari kebebasan jiwa

cukup, cukup itu sisaan dari kanvas imaji
patahan pena menasbihku kembali pergi
diam pun kini seakan tak berarti
nyeri di diri tak terhitung lagi

meringis untuk kesekian kalinya aku disini
mencaci namun tersedak di hulu hati
hilang kata seriku merumput sepi
astavaniaku pun terkatup sunyi

KEAJAIBAN CINTA

Seketika tumbuh bersemi
mengikat hati tanpa kata permisi
selewat pandang mata terpana
tercipta rasa itu menjalar jiwa

cinta ... 

itulah dia punya nama
keberadaannya sungguh tidak di sangka-sangka
menguluk sapa sekerlit kata bicara tak terduga
merisaukan nuansa dengan selimut rindu nan menggelora

cinta ...

ya memang begitulah cinta
memutarbalikkan rasa sedemikian rupa
tak peduli bagaimanapun caranya cinta itu ada
selalu saja memberikan warna-warni
menciptakan kebahagiaan meski diterjal aral merintangi

cinta menghapus kedukaan pun menciptakan kerisauan
serupa kata dengan beribu makna
begitulah cinta dengan keajaibannya nan penuh misteri
menjerat hati-hati dalam gejolak jiwa yang senantiasa mengiringi

ANGAN PAGI

sebersit tersirat rindu menjerat
yang terkuak bukanlah yang terungkap
seperti gerimis mendatangkan hujan
basah hanya sekedar kata bumi bukan kata langit yang memberi tangisan

'
'


Seketika aku terjaga terusik semilir kata yang nampak nyata,begitu lembut lirih menyentuh dia ...
"sayang sudah pagi," kudengar itu membisik hingga relung hati
aku pun membuka mata mencoba memulangkan mimpi dengan gairah rasa
"ah tak ada apa-apa mungkin tadi perasaanku saja," kataku kecewa sepertinya mimpi masih mengalungi diri
yang terdengar hanya harap tak terungkap
yang kurasa rindu begitu menyengat

ya, masih sama saja
pagi ini aku terjaga dalam kesendirian yang nyata
yang ku ingin masih sekedar selebaran angin
tak tersentuh masih sebatas lamunan tatkala hawa mendingin
akupun hanya mampu mengeluh
kiranya asa tetaplah terlalu jauh untuk kusauh

aku tak terlalu mengerti,tak terlalu jua memahami
bila nyatanya tak ada kenapa itu selalu menggoda
apak ini satau pertanda kata mimpi yang akhirnya menghampiri
layaknya gerimis memberi kabar pelangi
indahnya datang seusai kelabu menaungi

ahhh, geliat seakan menasbih kan sepi
sekiranya waktu tak memberi jalanku berlenggang dari kukup sunyi
layaknya pagi menghunus nuansa dalam semilir rindu
kutahu ini cinta meski tak nyata dengan kebisuan waktu
biarlah tetap kutunggu jamahan hangat itu memadu
adalah cinta yang dirindu mengetuk pintu hati untuk bertamu

kini yang kupinta semoga mimpi tak selalu menjadi mimpi
angannya pasti pada suatu hari nanti
adalah dia sebentuk kehangatan mewujud nyata
menyandingku seperti yang kurasa dalam rindu membara
menyapa mengetuk pintu hati
memadu cinta layaknya yang selalu di nanti
mimpi tak lagi sebuah imaji


" MIMPI MEMANGLAH HANYA BUNGA TIDUR SEKEJAP LALU PERGI,
NAMUN TERKADANG MIMPI JUA YANG MEMBERI JALAN NYATA ITU ADA UNTUK DIJAJAHI "

Jumat, 26 Desember 2014

KAMU LIHATLAH AKU ...!

tatkala aku menatap bias temaram di balik wajah malam
dentang nyanyian jiwa kudengar menghembus diantara rongga-rongga kebutaan cahaya yang ada
mengalun itu layaknya kidung kelana dari seorang penyair yang telah lama tak pernah menampakkan syair-syair lagi

apakah itu kamu sang pemetik dawai bidadari yang kukenal membawa denting-denting kejora sesaat malam meninggalkan senja
aku tak salah, benar sangkaku mengira-ira
kamu adalah sang pemilik krudung sutra ungu, berselendang rindu dengan cadar misteri di balik tirai kata nan menebar candu


lama sudah aku menatapmu di kesekian waktu selewat guratanmu yang mempesona
bersama hembus nafasku kini aku mencoba menelisik diantara lembut kidungmu
memahami artian makna meski sebagiannya tak cukup ku mengerti
namun setidaknya aku mampu sedikit mengurai kata,menyapamu dengan kesederhanaan aksara yang kupunya

palingkanlah wajahmu ...!
lihatlah aku ini yang mengagumimu
duhai kau sang penyair jiwa dengan titian aksara penuh dengan gemerlip candu rasa
aku disini selalu menenti kehadirnmu membawa setangkai kidung seloka layaknya pucuk bunga-bunga mawar di rekahan sesaat setelah gerimis mengguyur basah
indah, namun tetap saja berduri meski ranting-ranting nya telah patah
begitulah ku sangka kau adanya ...
menarik hati meskipun jua memupuk kekeluan di setiap pandang mimpi tak mampu memiliki

ASA HATI

dekap-dekap kujajahi sepi
menggelimangkan rindu hati dalam sebentuk lajuran puisi
ya, seperti ini kurakit menjelma dengan tuturan rasa berbahasa sunyi
meruntut kias-kias kesah diri memungut serpihan asa hati

ini seadanya kugubah
meruntut masa-masa luntah untuk berakhir sudah
adalah sebuah kehadiran dengan seuntai senyuman meneduhkan
itulah jawaban sepanjang harapku bertutur kerinduan

kau, kau yang menjadi tajuk lamunanku ini
kehadiranmu menginspirasi semua lakuku berpuisi
seumpama percikan pelita menerangi lorong-lorong jiwa
benar uluk sapamu ada memberi arah cahaya

dan sebagaimana aku punya rasa, menguntai guratan cinta
apakah kau disana sama, merajut sulaman rasa meski rahasia
karna setidaknya aku punya titian untuk melangkah
tatkala angguk wajahmu cukup sebagai balasan ramah

ahh, biar saja berbeda dari ingin hati
sekurangnya aku telah meluah segenap asa dalam lajuran puisi
kau kucinta meski tak jua sama kaumiliki
kucukupkan senyumanmu, jika itu yang mampu kudapati

tak apalah aku mengerti
tak jualah aku memaksakan diri
biar nantinya waktu yang menentukan arah nanti
selaras itu takdirNYA akankah merestui

KUDIAMI SEMILIR RINDU

kucoba memejamkan mata merasakan hembus semilir rindu yang menggelitik jiwa
tergugu sejenak ...
aku ingin hilang bersama titian cahaya yang buta warna
menyerbak mendung yang kiranya akan menurunkan hujan
siang ini ...

'
'

kutahu yang kubisa jauh angan tak pernah tergapai
tatkala rindu itu mengentuk pintu hati, gemetar rasa diri merimbang kerisauan tak mau pergi
aku nampak yang terpedaya dalam sulaman sutra pesona
adalah cinta yang membuatku terlupa akan wujudnya nyata harusnya lain dari yang kurasa

jejak-jejak hari begitu jauh kutiti, bagaikan jalanan bukit berduri menghampar harus kulewati
itu tiada terasa, letihpun seakan kehilangan daya
karna cinta membalikkan esensi layaknya mimpi
nyata dan imaji seakan tak berbatas dinding yang menyeka lagi

aku memang sengaja begini
terus-terus saja mendiami semilir rindu dalam lembah sunyi
duduk sendiri disini,melamunkan sebuah keajaiban yang kureka
memetik bintang seperti pungut cinta dalam gengaman jiwa
seperti itu pula kuciptakan rilisan taman-taman hati
berbunga impian dengan wewangian rindu nan menjalari

hmmm, kurasa sekejapnya mampu membawaku ke alam nirwana
menyentuh itu keteduhan dalam kedap nuansa
hilang biarlah hilang sepenggal kelabu masa tunggu
layaknya pelangi bertamu, gerimis membuka jalannya untuk sebuah warna baru
keindahan memadu

" semakin dalam aku terisak sepi menikmati kedamaian dalam gemeletuk bibir mimpi yang kian dalam membawaku tenggelam hingga sasana imaji enggan terbangun lagi. "

KUTEMUKAN CINTA DI DIRIMU

di binar matamu kutemukan cinta,
teduh itu laksana semilir lembut dawai angin menyentuh raga
begitu rasa-rasanya hilang dayaku berucap kata,
tatkala kupandang itu meski dalam segurat maya

di ulas senyummu kutemukan rasa,
rasa yang kini mendiami sepanjang lakuku bercerita
adalah itu rindu membara dalam setiap jengkal masa,
mengisi lamunanku dengan bayangmu meski tak nyata

ah, aku harus bagaimana,
telah kuhaturkan namun tetap saja menjadi beban jiwa
kau, kau yang kini menjadi pijar kataku dalam tajuk-tajuk aksara,
apakah sama selaras aku punya rasa

beri, beri aku pertanda,
walau itu sehiris sembilu membuatku kecewa
setidaknya mampu kukait ketahanan hati untuk menerima
menghadapi kenyataan bagaimanapun itu wujudnya

katakanlah, kan kutunggu kapan pun kau siap untuk bicara
usah kau berikan kelabu dalam kilas misteri untuk aku cerna
telah cukup berbagai paradigma kususuri dengan luka-luka
jadi tak apalah bilamana itu terulang kesekian kalinya

ucapkanlah, apa jawabmu selaras kau punya rasa
tak mengapa bila itu jauh dari asaku dalam doa-doa
aku tahu tergesa kiranya kuungkap semua,
namun inilah apa adanya aku punya cinta

untukmu itu ada
padamu itu telah tercipta
adalah cinta sedalamnya telah mengikat jiwa
nyata itu kurasa meski sekedar bersapa tak pernah nyata berjumpa

BAYANGAN CINTA

Ketika kejora pagi menghampiri kuterhenti di batas waktu mimpi yang selayaknya pergi. Teduh itu semilir angin mengecup kening bumi, namun tak jua begitu hati yang dilanda kerisauan sejak semusim lalu kemarau melanda membawa kerontang meski sesekali gerimis menyapa menghadirkan pelangi. Tetaplah gersang tanah kerinduan yang,  tertinggalkan meski sederas apapun hujan berkisah baru untuk sebuah nama yang mencoba memberi kehangatan.

'
'

Semisal air mata adalah titian pena berujung tinta hati, maka akan kutuliskan segenap kesah jiwa dalam rilisan rinduku berbahasa sunyi. Tentangmu yang akupun tak tahu, seberapa lama kumencari tak jua menemukanmu. Apakah ini cinta yang tak berwujud, mencintai sekedar harap mimpi yang tak berlanjut.

Aku mungkin sudah bener-benar tenggelam dalam lajur imajinasi cinta yang temaram. Terlalu jauh rasaku merimba kesemuan pada hulu rindu, menjajaki bias-bias ambigu dengan rungu waktau yang tak jua memberitahuku akan keberadaanmu. Namun sunggu aneh, tiada letih kuberupaya meski kiranya itu tak pernah ada.

Duuhhh, sungguh aku tak begitu mengerti,kenapa wujud itu ada selalu membayangi. Tak nyata namun serasa begitu dekat melekat, himgga membelukar rindu itu sepanjang kata yang tak pernah terungkap. Kau sungguh-sungguh misteri, apakah pertanda nantinya ada kehadiran yang sejati.

Entahlah ... semua seperti kulihat bagi arungan laut dengan ombak menyisir kedalaman hati. Rindu ini seakan sudah terpatri mati, tak tersentuh wajah lain meski itu begitu nyata untuk kumiliki. Tetaplah kau yang menjadi pengendap rasa, menyimpan hatiku hingga perjumpaan itu ada. Nanti, nanti dan nanti waktunya mungkin akan menghampiri.

Ya, mungkin aku nampak begitu egois, memaksakan cinta yang selalu menghadirkan tangis. Karena hulu rindu yang kucari masih sekedarlah mimpi, sampai kini pun begitu tak berwujud pasti. Cinta bagiku layaknya bayangan, hadir menggurat senyuman di sepanjang lamunan.



"CINTA HADIR UNTUK SIAPA SAJA, DIMANAPUN DIA KAPANPUN WAKTUNYA BERADA, IA DATANG TANPA DI DUGA DENGAN BERIBU MISTERI YANG TERKADANG TAK MAMPU UNTUK DI CERNA. "

MIMPIKU

terasa terhenti sunyi di hembus angin malam dengan gerimis yang berjatuhan
seperti kata rinduku ...
layaknya gemerisik dedaunan menarikan tarian hujan
maka bicara cukup sebagai pesan menghaturkan semuanya dalam jelmaan perasaan

,
,

kembali ketempat yang sama dimana mimpi adalah sangka utama
hinggap diri di pembaringan layaknya titian syurgawi
menapaki ilusi seusai pejam mata menghunus kata sepi
ya, disini ...
dimana asa itu mulai tercipta
sebuah rangkaian rekayasa dari bawah logika
berilusi
berimajinasi
satu kesatuannya adalah harapan
inginnya nyata menjadi kenyataan

dan kukata malam sebagaimana rindu panjang dalam kilas khayalan
lalu kucoba petik bunga-bunga tidur hingga nantinya berkisah dalam sebuah larut perjalanan
aku cukup menikmati itu dengan irama nafas yang nampak menderu
menggeliat bisu mengertak setiap arah waktu mencoba membangunkanku

ahhh, serasa ingin sangat lama
biarlah tenggelam aku tiada di beri kesadaran
dalam menghirup aroma impian
bersanding keindahan bak berdansa di taman berbunga kebahagiaan
dengannya bidadari dalam khayalan

'
'


kupeluk kerinduanku dengan seberkas cinta yang berkisah
dalam menjelma meski itu sebentuk wujud yang tak dapat kujamah
mimpiku terus berlanjut hingga serentak pagi datang menyambut

Kamis, 25 Desember 2014

MERINDUMU



denting nada malam mengalun merdu menggurah deru angin nan membisik rindu
gemuruh sudahlah jadi irama sendu mematik kata nuansa berbahasa kalbu
alam berlagu ...

'
'



malam ini aku kembali menemui rindu
sebentuk rasa tercipta itu haruman yang takkan pernah lekang dimakan waktu
nampak seperti sebersit mimpi namun kukira ini aku masih terjaga dari pembaringan diri
belum jua lelap menyuguhi,belum jua malam memabawa kesadaranku pergi

ya, sekedarnya aku terkenang
padamu yang selalu terlukis dalam bayang-bayang
segurat wajah dengan seulas senyuman
engkaulah gadis berparas rupawan yang selalu kurindukan

sudah, sudah sangat lama
sesaat itu perjumpaan tak begitu mengena
kiranya iring waktu melahirkan adanya rasa
itu cinta meski bukan pandangan mata
semakin tumbuh setiap hari
cinta bersemi meronai hati

namun tak ulur masa memberi jalan untuk bersama
sesampainya waktu membiarkan rindu itu ada
berpisah akhirnya di rundung resah
jauh langkah kau pergi tak terjamah

kini hanya gumamku menikmati sunyi
melintas malam secepatnya memanggil mimpi
biar nantinya mampu kureguk manisnya cinta
walau sekedarnya hanya mimpi belaka
tak apalah, cukup sebagai penawar rindu
menyiasati kerisauan dengan sebentuk uluran semu malam-malam sendu

" CINTA TAK SELALU HADIR SESAAT PERTAMA BERJUMPA,TERKADANG IAPUN HADIR DENGAN BERJALANNYA WAKTU MENGIKAT KEBERSAMAAN YANG TERJAGA.
"

INI AKU

aku tahu mata penaku tak setajam para penggurat indah yang dielu-elukan cahaya
atau apapun itu pelarik aksara dari kediaman syair-syair buta yang mengejawantahkan suasana
memang sedianya kucukupan kataku mengikuti lajur intuisi menderap hati
melukis itu penggambaran diri selaras aku punya asumsi untuk sedikit berimaji

dan selebihnya aku tak terlalu peduli
bagaimana praduga nantinya mendakwaku dalam tempurung sepi
diam, layaknya kusengaja bertahan meski hujatan itu merajah
tetap sama keangkuhanku dalam titian rasa yang takkan pernah berubah

apa yang tertera adalah aku punya cerita
apa yang terbaca selaras rasaku yang nyata
tak ada kedustaan disana
tak ada kemunafikan disana
aku memang aku yang merumput sendu jauh dari pemaknaan yang itu
aku tetaplah aku mencoba lebih dingin menerima segala sesuatu

terserahlah bagaimana sangka menghardikku penuh kebodohoan diri
ya nyatanya aku terlalu bodoh untuk mengakuisisi lain rupa dari tuturku yang ini
maka beginilah aku, terlihat begitu lugu sekedar untuk mengadu
berkeluh namun tak jua mampu membalikkan segala sesuatunya yang telah menghujamku
kuterima itu ...
kusadari itu .....

MENGERTILAH

malam mengisyaratkan itu,
bahwasanya tarian penaku bercerita tentangmu
sejujurnya kata jemari mengurai kata-kata
tak ada kedustaan disana yang aku reka-reka

ya, dirimu ...
dirimu yang selalu kurindu sepanjang waktu
serupa malam ini kait rasaku membuncah
kuhulur resah dalam bait-bait yang tergubah

duh, bagaimana aku bicara
sedang katup bibirku terkatup kelu tatkala bersapa
inginnya kukuak rasa hati
namun seperti terhenti nadaku kala ucapmu mendahului

mungkin lewat sebatas kata ini kuwakilkan rasa
berharap kau disana akan membaca
adalah cinta untukmu yang telah bersemi
membenih kasih dalam lingkup masaku sepanjang hari

kau laksana bait-bait keindahan yang ingin kujamah
kucoba rakit hulur aksara dengan sesederhana kata yang kugubah
bersanding terlalu jauh kukatakan mimpi
cukup kupandangi dengan hati dalam haturan rasa berbuah diksi-diksi

mengertilah,
bila memang sama yang kau rasa
jawablah,
biar resah hatiku tak lagi menggulana
karna aku merindukanmu
selaras itu aku mencintaimu

KAUKAH ITU

kutemukan tubuh senjamu terkabar bisu dengan tatapan sendu mengguratkan sesuatu
senyum itu tak lagi indah dari untaian air mata yang aku baca
layaknya kilauan cahaya di pembaringan malam kelabu
bayang-bayang tetaplah jadi titik temu antara pelita dan gulita
akhirnya hanya kebutaan yang menganggapnya sama
tak lain beda semisal gerimis dengan percikan embun yang kehilangan rupa
sekejapnya datang ...
kering melanda ataukah basah mendera

'
'
'

pada suatu ketika di saat adanya waktu sampai pada persimpangan cahaya
aku masih berada di antara riuh pepohonan di bukit luntah layaknya cerita dari syair-syair buta pujangga
nampak kupandang langit sedikit berbeda dengan turun tahta mentari membiaskan rupa jingga berbaur merah saga
biru tinggal sederat lalu terpecah kata kelabu yang bertamu
maka malam mengetuk pintu dangan bunyi-bunyian pilu jerit nyanyian sang pembawa pesan waktu

ya,,senja itu ...
kudapati separas bidadari bersanggul mutiara dengan cadar ungu berselendang biru
menari-nari layaknya putaran pelangi menghentikan derai hujan sekejap pergi
karna yang kurasa tadi kebasahan dalam kebekuan hati seketika berganti esensi seiring lengus nafasku mengisyarakan ketertarikan diri
siapakah gerangan nan elok rupa meski sekerlit mata yang mampu kubaca
terlihat kesucian disana dalam pancara busana berbingkai cahaya

hmmm ... kuciumi aromanya menebar seribu wangi bunga-bunga kopi
diakah bidadari yang selama ini kunanti
harapku mungkin nampak terlalu tinggi
biar,,biar saja tak apalah meski akhirnya hanya persinggahan sepi
kunikmati sejenak dalam kilas waktu persandingan masa jeda
dia yang ragu untuk ku sapa,cukuplah kupuja saja selewat untaian yang kurakit dari bait-bait jiwa
menjadi pematik kilahku menundung kesendirian dengan sedenting kata bicara rasa


ahhh,
ataukah putaran imajinasi yang berwujud dalam titik fikirku mengulas wajah senja menghimpit malam untuk segera menghampiri
namun terasa tersentuh nyata semilir angin menghembuskan nafas kejora
begitupula raut jingga nampak bukan pijaran semu yang yang harus kusangka permainan rindu
ini yang kurasa
ini yang ada dalam benak jiwa
apakah ini mimpi

TAK SAMPAI

sesekali kubaca masih tetap sama apa yang kurasa
sebuah kerinduan menyayat
sebentuk kecintaan melekat
kau yang terbaca di setiap lamunanku ada
disini aku takkan pernah lupa akan kehadiranmu yang begitu mengena di jiwa

'
'


kembali ku ulang sekilas wajah membayang
tersenyum meski sekejap hilang

siang ini aku yang begegar sepi menikmati semilir angin menderi dari arah utara lagi
terasa sejuk menyentuh sekujur ragaku ini
aku pun termangu tak jua risau yang mengadu
lamunanku jauh melambung ke ufuk rindu
terkenang runtut kisah dari masa lalu

aku pun memejamkan mata
mencoba mengingat-ingat lagi apa yang telah terjadi
sebuah paradigma rasa diantara dua jiwa
kini adanya tak bersatu menjadi kesatuan cinta
tak ada restu untuk melangkah maju
cinta terhalang dinding yang begitu tinggi menyekat perhelatan rindu

kufikir dalam saat itu ...
apa kiranya salahku hanya kasta yang tak pantas untuk memadu
dia yang kucinta layaknya putri dari astana pelangi
sedang aku serupa penggembala, mengais hidup yang begitu sederhana
ku akui memang berbeda ...
namun apakah itu sebuah alasan cinta tak dapat di terima

entahlah aku tak begitu mengerti
yang kutahu setulusnya cinta bukan ukuran harta duniawi
bukankah semua hanya titipan
lalu kenapa itu selalu yang dipertanyakan
cinta dari hati terusir pergi
tak terbaca ketulusan disisihkan kasta yang lebih tinggi

padahal aku dan dia sama saling mencinta
tertaut rasa begitu melekat dijiwa
namun kenyataannya cinta tak dapat bersatu
hanya mampu menyimpan rindu
sampai kini pun masih tetap sama
cinta itu ada meski tak jua memberi tempat untuk kembali bersua


" UKURAN KEBAHAGIAAN BUKANLAH KARENA BANYAKNYA HARTA MELAINKAN KESYUKURAN ATAS KESEDERHANAAN YANG ADA. "

AKU PENGAGUMMU

Dan bilang pada keteduhan pagi, aku satu di antara pengagum senyuman dari lesung pipi.
Berbinar itu merona merah jambu, menghias bibir mungil dengan garis-garis sendu yang membuatku kian terpaku.

Itulah kau dengan teduh mata, mencuri pandangku enggan berpaling muka.
Tergetar hati seirama hembus nafas pagi membuka hati, kau laksana sang pematik api kehangatan selaras sapa mentari yang kini telah kembali.

Indah begitu indah, segurat wajahmu memancarkan aura pesona yang datang menerjah.
Seketika aku berlutut tiada daya, bersimpuh di haribaan cinta atas nama kerinduan jiwa.

Aku disini mungkin nampak terlalu tergesa-gesa, mengungkap adanya rasa tanpa menunggu lama.
Namun kurasa apakah salah hasratku membuncah, tak kuasa memendam cinta untuk kukuak layaknya kata risalah.

Dan pada pagi ini, dengan keteduhannya yang mendamaikan hati.
Fikirku telah jelas-jelas dalam mendalami, adalah kau yang kucinta meski rasa itu tak sama kaumiliki.

Kau gadis pemilik senyuman berlesung pipi, sudah tertambat hati sedari mula sapa itu menghampiri.
Biarlah selaras tak untuk kudapati, cukup senyumanmu mampu kupandangai sepanjang hari.

Aku mengerti, aku cukup tahu diri.
Siapalah aku, hanya satu di antara pengagummu dengan sehulur rindu tanpa batas waktu.

KAU BUKAN UNTUKKU

Bahkan kau takkan pernah tau yang terkesan waktu menghianati cita-cita. Seperti capucino manis bibir tatkala pahit telah jauh berbeda, seduhannya pun tak lagi tiada untuk menjadi kenangan.

'
'


Sebuah tanda pena semusim gugur di akhir Desember yang menjadi kebekuan di belahan bumi lainnya. Gerimis meringkas dengan suasana berbeda menghiasi masa-masa tunggu sehabis kemarau panjang sejak tiga bulan lalu. tersiratlah : ...

Ahhh ... sudah pagi lagi, padahal serasa baru sebentar saja aku memejamkan mata. Begitulah keluhku seperti tak terima dengan cepatnya alur masa berganti nuansa. Pagi nampak sudah mempersunting hawa bumi langit pun telah melukis indah titian cahaya dari wajah surya sekejap meninggalkan panorama jingga, tatkala ketuk embun mengering dedaunan yang masih menyisakan kebasahan di pucuk-pucuknya.

Hmmm ... kiranya mendung masih setia menyetubuhi semesta, gumamku sedikit melirik ke arah langit dari tirai jendela kamarku yang tersingkap sekelebat angin dari arah utara. Beberapa saat aku seperti hilang kesadaran. Kenangku akan sepenggalan kisah setahun lalu dengan nuansa yang sama namun rasa yang berbeda.

Ya, masa itu, seperti saat ini pastilah rajuk manjanya akan menarik sungging senyumku untuk sedikit menggoda. Menguluk sapa dengan tutur kata penuh cinta. Membangunkanku dari kejap mimpi dengan semangat membara. Indahnya masa-masa itu terkenang namun ingin ku lupa.

Aku kembali ke masa kini. Lamunanku tersentak seketika terjaga dari bias mimpi yang baru saja membawaku ke sebuah ruang kerisauan yang kembali menguliti diri. Rindu itu tetaplah pekat mendalam. Ku akui meski tak pernah kuperlihatkan di setiap jejak nyata yang kulalui hari-hari ini. Tak sebegitu mudahnya kulupakan tak sebegitu cepatnya untuk kusisihkan dari hati. Cinta itu ada sampai kini meski bukan keindahan lagi yang kudapati.

Di pagi ini terkuak lagi sebersit luka yang harusnya kubenam dalam lembaran yang tak ingin pernah kubaca kembali. Namun apa daya waktu tak jua memberi restu untukku tegak berdiri dan terus berjalan meninggalkan segala belenggu kisah yang harusnya ku hempas pergi. Apakah ini cinta, terkesan dengan kebodohanku selama ini, mencintainya yang jelas-jelas tak dapat kumiliki. "KAU BUKAN UNTUKKU," kau bukan untukku sekali lagi kutegaskan hati menguatkan diri untuk merelakan cintaku cukup sampai di harapan layaknya sebuah mimpi tak terpenuhi.



" HARAPAN PASTILAH SELALU MERUJUK KEINDAHAN,NAMUN APALAH DAYA BILAMANA HARAPAN HANYALAH SEBATAS HARAPAN,MAKA KETEGASAN UNTUK TERUS BERJALAN MENJADIKAN HARAPAN YANG TAK PERNAH JADI KENYATAAN ITU LAYAKNYA BATU LOMPATAN MERAIH KEINDAHAN LAINNYA YANG BAHKAN LEBIH MEMBAHAGIAAN DARI HARAPAN ITU SENDIRI. "

PAGI TENTANGNYA

pagi telah menggembalikan ronanya dengan sekilas cahaya untuk kubaca lagi
itu jingga meranum di ufuk cakrawala membuka tabir gulita sepi
indahnya begitu kupandang tiada alih rupa berpulang
menikmatinya meski sekejap hilang dengan seutas kenang yang membayang

sedang aku yang sudah bersandar disini sedari tadi
di sebuah bingkai jendela kayu bercermin diri
mencoba menelaah lebih dalam apa sesungguhnya yang kurasa
kujernihkan fikir mencari-cari jawaban atas tanyaku yang mendilema

ya, sepertinya ini sama serupa yang pernah ada
hadir tanpa ketuk permisi dan tiba-tiba saja
ini cinta, nampak begitu mudahnya tumbuh bersemi
menyemai benih-benih rasa sekejapnya telah menawan hati

entahlah,
mungkin hanya satu sisi yang memiliki
tak sama tautan hati bercerita untuk mengikat jalinan lagi
ataukah sama kiranya masih anagannya yang bicara
berharap juluran rasa menyambut dengan suka cita

ah,
aku terlalu mengada-ada
namun salahkah menyimpan rasa pada sebuah nama
dia, dia yang telah membuatku jatuh hati
membenihkan kerinduanku sepanjang hari

kembali di pagi ini aku bercerita
tentang hasrat cinta yang begitu menggelora
dialah seraut wajah yang selalu membayang
mengilas senyuman penuh keteduhan meski tak nyata untuk kujelang

Rabu, 24 Desember 2014

KERINDUANKU MENYIRATKAN CINTA PADAMU

semilir teduh malam mendiamkanku dalam kerinduan
kerinduan dalam selintas bayang yang akhir-akhir ini datang
kerinduan akan sebuah sapaan yang selalu ingin kuulang

benar itu kau,
yang mengurat senyuman  penuh kedamaian
yang memberi corak kebahagiaan dengan sebuah harapan

adalah ini aku yang merindumu selajur kata bahasa cinta berlabuh
mencintaimu itu yang kutahu meski tertahan di setiap jengkal nafasku berkeluh

serupa malam ini,
aku hanya bisa melukiskan kesah hati
berharap kau yang disana jua memahami
mungkin aku terlihat bodoh untuk bicara
maka kucukupkan ini layaknya tautan kata mencurah rasa

padamu, sudah tentu itu
rindu ini membuncah tiada mampu kucegah
kutahu terlalu cepat untuk dikata cinta
namun beginilah adanya hati telah mengaku pasrah

aku mencintaimu,
sungguh aku mencintaimu

DEAR DIARY

Dear diary ...
Kau yang tahu sedari mula bahwasanya cinta itu ada
Kuceritakan awal saat bersapa kala itu jua aku mengenalnya
Dialah yang mencuri hatiku
Menggenapi malam-malamku dengan bayangannya selalu

Dear diary ...
Kau jua yang menjadi kesaksian rinduku senantiasa
Karna lewatmu aku bicara sendu
Menuliskan kisahku dalam seutas kata berbahasa kalbu

Dear diary ...
Kau teman sejati di sunyi sepiku menemani
Meluruskan rasaku pada cinta yang kunanti
Memberiku kedamaian meski selepas air mata itu habis terkikis pergi

Dear diary ...
Inginnya kau mampu bicara
Menyampaikan salam rinduku untuknya yang di sana
Dialah sang anugerah cinta bagai mutiara keindahan
Memenuhi rasa kebahagiaan yang akhirnya terengkuh  dalam genggaman

ASTAVANIA (sunyi dan sepi)

Duh Astavania, apakah mata penaku sudah kau tasbihkan untuk sunyi. Menggurat sedari mula itu hawa sepi. Menceritakaan sebuah kesendirian dalam tangkup misteri. Dan pada akhirnya laku daya tak jauh beda bercerita. Adalah yang nyata merupakan kait sketsa yang tercipta dari bauran maya.

Hmmm, memang apalah aku ini. Menatap terlalu jauh untuk kembali jatuh. Merenda sulaman asa namun tetap saja itu hanya mimpi belaka. “Salah apakah aku salah, menyandarkan rasa pada sebuah nama,” begitulah tanyaku yang selalu jadi kemelut jiwa, memporak-porakdakan kejernihan fikirku mencerna segalanya.

Mungkin, ya mungkin. Kini kuhanya bisa merupa paramecia tanpa nama. Karna logiaku kiranya akan menumbuhkan luka, kukubur itu bersama lemburan usang di huluran kata pisah. Selanjutnya kucukupkan mengikuti Astavania, kemana pun dia melajur kata biar kukait seiring rasa berjelira.

Duh Astavania, memang kau yang paling mengerti. Walau sunyi yang kau tawarkan untuk kudiami, tak kusanggah itu karna sesungguhnya telah jadi takdirku dalam pembacaan sepi. Sepi yang menyandingku dalam kedamaian hati, sepi yang memebriku cara bagaimana untuk bertahan meskipun seribu hardik mencaci.

CURAHAN HATIKU PADA PAGI

Aku tida mengerti, tiada pula memahami apa sebenarnya rasa ini. Serasa kian tumbuh hari ke hari, membuatku bingung untuk menyapa meski itu selewat senyum tertinggal pegi. Entahlah ... bagaimanapun caranya tetap tak dapat kupungkiri. Benar ini cinta, cinta yang seharusnya aku tak lagi mengenalnya. Namun demikian sudah terlanjur tercipta, adanya telah nyata menawan jiwa dengan sebuah kerinduan yang kini selalu mendera.

Seperti pagi ini, pagi yang kuulang-ulang kembali dengan keberadaan sepi. Aku diam disini dalam sebuah renungan hati mencari kejernihan fikir akan sebuah rasa yang telah tumbuh bersemi. Di antara semilir angin yang mendawai lembut di hamparan remputan basah yang bersambut. Aku menemukan kata yang tepat, kata yang kan aku ungkap memawakilkan rasa hati yang begitu dalam membekap.

Cinta dan rindu, kuhaturkan ini sepenuh kalbu. Aku memang sedari mula tak menampik itu, hanya sanggahku mencoba memungkiri namun tak mampu. Terserahlah ... apa sangka dan duga yang akan kuterima. Yang kutahu kini aku cukup lega dengan kejujuran rasa. Dan bagaimana nantinya sebuah jawaban itu memberi rujukan, akan kuterima meski sakit di ulu hatiku menghujam jiwa. Karena kusadari cinta tak selalu bersambut selaras dengan asa hati. Maka aku cukup mengerti, bila serupa itulah yang harus kudapati.


Pagi memenuhi janjinya untuk kembali menemani. Pagi juga yang meninggalkan jejak kerinduan yang kini selalu menggelayuti hati. Tentangku yang mencintainya, tentangku yang selalu merindukannya.

Selasa, 23 Desember 2014

SECANGKIR RINDU DALAM PEMBUKUAN HATI

kusuguhkan secangkir rindu dalam pembukuan hati
berbunga-bunga cinta layaknya merah merona mawar nan merekah indah berseri-seri
untukmu ... sudah tentu itu
kuhaturkan rasa hati setulus cinta dari relung kalbu

kau ... kau umpama kehangatan dalam dingin ragaku menyesak sepi
datang padaku kini dengan seutas senyum nan penuh keteduhan hati
begitu kiranya arti hadirmu yang memberiku corak kebahagiaan dalam lukisan hari-hari
menghapus apa itu masa lalu yang pernah merendap sunyi

cinta ... ya ini cinta
sedari mula aku rasa ini telah ada
adalah kau yang mencuri hatiku sekejap mata
mengisi lamunanku senantiasa tatkala rindu itu menggelora

dan ini ... kuhaturkan secangkir rindu dalam pembukuan hati
berharap sapa hadirmu ... mengobat risau rinduku yang begitu menggelisahkan hati

Senin, 22 Desember 2014

DUUHH ...

aku seperti kehilangan daya
saat guratan itu tepat menghujam dada
limbung fikirku mereka-reka
apa ini rasa yang seharusnya tiada

sepi tempatku mengadu
apa ini sebetulnya rindu
kelu di bibir berucap bisu
menahan gemelitik rasa menggebu

duuh, apalah bisa
runtut masa membuatku bicara
terasa rindu inginnya bersapa
hilang masa tiada tahu rasa

ya, mungkin masih harus menunggu
mengulur waktu sampai hulu peradu
biar kucukupkan diam mengadu
menahan kelu meski menggurat sembilu

JUJUR AKU CINTA

berderap langkah sunyi menghentak kediaman malam
aku kembali termangu disini dengan sebuah lembaran tersulam
kosong itu tak bertinta
menunggu kiranya penaku menoda

duh, apa yang ingin aku tulis
tiba-tiba saja intuisiku seakan terkikis
kurenung sedalamya aku mencari
mencoba membuihkan lagi inspirasi

lalu, kudapatkan sedikit imaji
terbayang itu senyuman yang menarik hati
seketika penaku bercerita
tentangnya gadis yang berkacamata

ah, apa daya
sejujurnya aku telah jatuh cinta
padanya sang pemilik lesung pipi
menggurat mimpi di setiap malam-malamku membayangi

MENGENANGMU

gemelitik itu kembali mengusik seirama dentang-dentang masa dengan sebagian waktu yang bisu
mempertanyakan kata hujan bicara dalam semilir rindu semalam suntuk

'
'


pada sederet kata kini yang coba kembali kutuliskan dengan sekerat daya jemariku meski tersa kelu di ujung pena yang bisu
seakan tak mampu berkata lagi,terlalu dalam rasanya luka yang harus kupikul
tentang kau yang pernah ada menjadi bagian hidupku,kini hilang lalu bersama sang waktu yang tak pernah menjawab pertanyaanku selama ini
adakah suatu masa untuk sebuah rahasia,kehilangan akankah nantinya menghadirkan keindahan

sebegitu dalamnya rasa tiada mampu kugubah untuk menjadi luka
sedianya kau selalu ada mengiring jejak langkahku meniti hari-hari
namun kenyataannya berbeda,,,,
tak terakit hulu tak terlabuh rindu,sakit ini di dalam relung kalbu membeku rindu yang kelu
kenang akanmu itu yang menjadi pematik isak tangisku dengan derai-derai air mata di kesenjangan masa menghatur kerinduan

ya ... sememangnya bila harus begini,aku mohonkan satu pertanyanku untuk bisa dijawabi
salah apakah salah ataukah lain cerita yang tiada kucerna,selintas senyuman hanya sepenggal kisah
kusangka semilir adalah teduh membelai diri,ternyata sembilu itu yang kudapati
sehangat tak lagi pernah melekat,serasa lama hati tiada mampu berpijak
aku hanya mampu terdiam disini,menyusun kata-kata sepi,sejengkal waktu sepanjang hari

duuuhhh kenapa begini ...
bilamana kau tercantum untuk pergi beri aku alasan untuk tiada MENGENANGMU lagi
karna sebagaimana racun tertahan sengaja kusimpan,harap hadirmu menjadi tajuk kerinduan meski sekedar bayang
kutahu sakit,kutahu perih namun apa daya kenang akanmu tiada mampu tersisih
kau yang ada akan selalu terjaga,tersimpan selalu di dalam benak jiwa dan rasa

kurasa akan selamannya,tak berjumpa layaknya putih telah ternoda
pekat terlalu dalam menjerat hingga ke ujung hayat,cimta berkarat namun rindu tetaplah menjerat
mungkin sepetik yang kurasa ini adalah sebuah kiasan selajur mimpi yang tak pasti
nampak membayang tak tersentuh,sepanjang jalan rinduku tak berlabuh
terlalu jauh kuberharap menyesak hati menanti kehadiran yang semestinya itu tinggal kisah yang pernah lewat


"JALAN CINTA MEMANG TAK DAPAT DITERKA,KAPAN DIA SAATNYA DATANG KAPAN DIA SAATNYA HILANG,DAN KERINDUAN YANG TERSISA TATKALA KEPERGIAN ITU YANG BERKISAH KARNA SEBAGAIMANA KEDATANGANNYA
YANG TAK TERDUGA,KEPERGIANNYAPUN TIADA DISANGKA-SANGKA."

RINDU ITU KAMU

kembali kutemui malam dengan sebuah kerinduan
kerinduan akannya yang akhir-akhir ini menghadirkan senyuman
kerinduan atas sebuah uluk sapa yang penuh keceriaan

ya, kau tahu itu ...
siapa yang kumaksud dalam kataku
tak lain rupa adalah kamu
menggurat manis dengan lesung pipimu

lalu aku harus berkata apa
kelu di bibirku mengucap bisu seperti kehilangan nada
padahal ada sebersit rasa,
ingin kukuak meski terlihat tergesa-gesa

ahh, bagaimana ini ...
aku tak cukup mengerti untuk memahami
yang kutahu hadir bayangmu selalu menghantui
menghias lamunanku sepanjang hari

mungkin ini rasa yang itu
mematik rindu tak pandang waktu
apakah sama kamu di situ
memandam rasa yang aku juga mau

PAGIKU

hingga berbunga pagi setelah luruh layu malam pergi
pendakwaan masih sama tentang sunyi dan sepi
mengendap itu layaknya sebuah parafrase hati bertajuk misteri
ada dengan kerahasiaannya mencipta berbagai asumsi


tak terasa ...
sudah sepeninggal malam menuntut cahaya
titi surya mulai merembang seperti kata fajar nan memerah jingga

ya,aku masih memandang ke arah itu
arah dimana pucuk pesona lahir dari titis kelabu
indahnya menggurat cakrawala
meski masih terkuntum dalam tabir kabut buta
menunggu pilar-pilar cahaya membangun savana nan meluas panorama
tak menjadi mengapa,
keteduhan tetap menjalar hingga kerelung kalbu
kedamaian membungkus sendu dalam penantian waktu yang bisu
menanti rekah surya ...
menunggu saatnya tiba kalang sunyi berganti suasana



kicau-kicau burung bersenandung merdu
alampun berlagu,
menundukkan beku segera berlalu
akupun terseret masuk dalam nuansa nanberpeluk syahdu
kunikmati itu ...
kehangatan pagi meski masih meremang sepi
tak peduli lagi....

Minggu, 21 Desember 2014

DEMI

Seperti itulah makna yang kutahu
Layaknya malam membersit janji
Kabar purnama pun akan tertepati
Saat itu ...

Menunggu ...
Kutahu itu harus beberapa lama lagi aku bergelut dengan waktu
Menyulam benang-benang rindu yang mungkin memunculkan jengah di sepanjang jalan kutempuh
Pengibaratan umpama pelayaran mencari titik labuh
Serupa itu pula kegigihan kucoba teguh meski berpeluh

Semua demi satu rasa
Semua demi satu masa
Sebuah muara itu tempat perambilalihan kata indah
Tersenyumku ... menguntum di seraut wajah yang menggantikan gelisah

MASIH TERSISA

Terpercik tinta rasa dihunus lembaran jiwa
Terbaca ...
Sebuah guratan pena meski patah di ujung jemari
Tak teraut akhir kata menjadi misteri yang tak terungkap lagi
Tetaplah elegi menyusun caranya sendiri untuk bicara
Layaknya pesan atukah tanda dari genangan yang harusnya tak lagi ada

'
'

Aku tak berdaya berjalan diantara ruang masa dengan timbunan luka-luka
Mencoba berdiri ...
Tertatih di setiap jengkal kaki tertusuk seribu duri
Apa itu cahaya,apa itu pelita yang memberi arah rasa
Yang terlihat nampak gulita menghunus sepi
Menghiasi lorong-lorong mimpi tak untuk kumiliki

Seperti siang ini yang hangat dengan terik surya yang menyengat
Dingin kurasakan terpasung kebekuan hati yang begitu menguliti
Diamku hanya sebuah rindu menunggu titik tenggat
Ataukah seperti terpaku aku ini dalam kujur sunyi
Hilang kesadaran mengguris keheningan
Berbicara terhenti di perasaan
Kelu di bibir tak mampu terucapkan

Serupa apakah?
Serupa apakah yang harus kujalani
Jauh itu tak nampak pelangi yang kunanti
Meski kiranya gerimis telah terhenti membias cahaya mentari
Adanya tak ada
Asanya putus asa

Dan bagaimanapun jua kini ...
Kata rinduku adalah teman sejati
Tertulis itu dalam suratan kata
Terbaca layaknya kais nada dari serpihan aksara
Begitulah kisah yang menjadi kenangku kini
Menghiasi hari-hari dengan sulaman seribu asa hati
Semoga keindahan itu ada untu kumiliki

Karna ...
Masih tersisa rasa itu terwujud dari rindu yang menggebu
Meski kutahu nyatanya waktu tak memberi ruang untuku memadu


"Dan percikan tinta itu semakin terulas dalam pembawaan hati,satu untuk kesekian waktunya mungkin takkan pernah terhenti,kutulis dan kutulis lagi."