aku

aku
Ruhesa Arsawenda (Syair)

Kamis, 25 Desember 2014

TAK SAMPAI

sesekali kubaca masih tetap sama apa yang kurasa
sebuah kerinduan menyayat
sebentuk kecintaan melekat
kau yang terbaca di setiap lamunanku ada
disini aku takkan pernah lupa akan kehadiranmu yang begitu mengena di jiwa

'
'


kembali ku ulang sekilas wajah membayang
tersenyum meski sekejap hilang

siang ini aku yang begegar sepi menikmati semilir angin menderi dari arah utara lagi
terasa sejuk menyentuh sekujur ragaku ini
aku pun termangu tak jua risau yang mengadu
lamunanku jauh melambung ke ufuk rindu
terkenang runtut kisah dari masa lalu

aku pun memejamkan mata
mencoba mengingat-ingat lagi apa yang telah terjadi
sebuah paradigma rasa diantara dua jiwa
kini adanya tak bersatu menjadi kesatuan cinta
tak ada restu untuk melangkah maju
cinta terhalang dinding yang begitu tinggi menyekat perhelatan rindu

kufikir dalam saat itu ...
apa kiranya salahku hanya kasta yang tak pantas untuk memadu
dia yang kucinta layaknya putri dari astana pelangi
sedang aku serupa penggembala, mengais hidup yang begitu sederhana
ku akui memang berbeda ...
namun apakah itu sebuah alasan cinta tak dapat di terima

entahlah aku tak begitu mengerti
yang kutahu setulusnya cinta bukan ukuran harta duniawi
bukankah semua hanya titipan
lalu kenapa itu selalu yang dipertanyakan
cinta dari hati terusir pergi
tak terbaca ketulusan disisihkan kasta yang lebih tinggi

padahal aku dan dia sama saling mencinta
tertaut rasa begitu melekat dijiwa
namun kenyataannya cinta tak dapat bersatu
hanya mampu menyimpan rindu
sampai kini pun masih tetap sama
cinta itu ada meski tak jua memberi tempat untuk kembali bersua


" UKURAN KEBAHAGIAAN BUKANLAH KARENA BANYAKNYA HARTA MELAINKAN KESYUKURAN ATAS KESEDERHANAAN YANG ADA. "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar