aku

aku
Ruhesa Arsawenda (Syair)

Senin, 15 Desember 2014

AKU MEMANG BODOH

Malam-malam layaknya sebuah kehilangan, tatkala tak kutemukan sinar rembulan yang memberi sinaran. Gelap, kelam tak bercahaya. Hilang seri keindahan tanpa bintang-bintang.

'

"Semakin kumenyayangimu, semakin kuharus melepasmu dari hidupku," begitulah suara nada dering hp milikku tiba-tiba berbunyi.

"Siapakah sih malam-malam gini telpon, gak tau apa ini waktunya orang istirahat," keluhku sembari mengangkat panggilan masuk di hpku dengan nomer yang tak kukenal.

"Halo, Assalamu'alaikum," sapaku memulai pembicaraan dengan seseorang di seberang sana.

"Wa'alaikumsalam, apa kabar Kak?" terdengar jawaban dengan suara yang nampak kukenal.

"Ini Iqe ya?" kataku menebak.

"Aaahh ... kok tahu sih Kak," ujarnya seakan tak mengira aku bisa menebak siapa dia.

"Tahulah Dek, lagian suara adek kan khas banget gitu lo, khas banget cemprengnya he he he," ucapku sedikit menggoda.

"Idiiiiiiih, Kakak bisa aja," jawabnya datar, namun sepertinya agak cemberut.

"Ada apa ya Dek? gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba telpon Kakak. Apalagi malem-malem gini pasti ada hal yang penting kan. Jangan-jangan adek mau nyatain cinta sama Kakak. ayo ... ngaku!" tanyaku bertubi-tubi padanya.

"Aduuuuuuuuuh Kakak, ge'ernya minta ampun deh. Lagian gak nyambung kali Kak. Adek kan bukan tipe wanita pujaannya Kakak. Cari mati kalo adek nyatain cinta sama Kakak," ucapnya menyangkal sangkaanku tadi.

"Trus ada, soalnya gak biasanya adek telpon malem-malem gini kalau gak ada yang istimewa," kataku menanyakan maksudnya.

"Gak kok Kak, Adek cuma mau mastiin aja," ucapnya yang nampak mengandung sesuatu yang tak kuketahui.

"Mastiin? mastiin apaan? ah kau Dek, jangan bikin Kakak makin penasaran," kataku sedikit menggerutu dengan rasa keingintahuan yang kian memburu.

"Horeee, Adek bisa bikin Kakak penasaran," katanya girang membuatku bingung.

"Apaan sih Dek, kasih tahu Kakak dong!" ucapku menyiratkan rasa keingintahuan yang begitu besar.

"Ya udah deh adek jujur, tapi Kakak tutup mata dulu," pintanya yang menurutku cukup aneh.

"Lho kok titup mata, ada-ada saja kau dek. kita kan gak bisa saling lihat, buat apa juga pake tutup mata segala. Adek ngerjain Kakak ya?" simpulku dengan pintanya yang gk masuk akal.

"Iya-Iya gak usah tutup mata, tapi diganti Kakak harus tertawa selama lima menit beruntun," pintanya yang semakin aneh aja.

"Beneran kamu Dek, jangan bikin Kakak tambah bingung. Ntar malah telpon dari Adek Kakak tutup lho," ucapku kini yang nampak mengancam.

"Aah ... janganlah Kak, masa sampai segitunya marah sama Adek yang manis ini," katanya memohon.

"Iya deh, tapi sekarang jujur sebenarnya ada apa sih?" tanyaku kuulang untuk kesekian kalinya lagi.

"Adek cuma mau mastiin Kakak gak lagi menangis semalaman, gitu aja gak lebih," jawabnya dengan begitu jelas kudengar.

"Emang kenapa kakak harus menangis? ada-ada saja kau Dek," kataku menyanggah ucapannya.

"Ya kan siapa tahu Kakak lagi menangis sejadi-jadinya malam ini. Adek kan tahu kalau Kakak itu cengeng, apalagi Adek denger tadi Kakak abis diputusin sama si Nana yang sok kecantikan itu," ucapnya menjelaskan.

"Gak kok dek, Kakak gak nangis, beneran, suwer deh," kataku meyakinkannya.

"Syukurlah kalau Kakak baik-baik saja. Ya udah kalo gitu Adek pamit, udah tengah malem nie.Takut ntar ketahuan Ibu kalau adek belum bobo. Bisa diomelin abis-abisan adek. So ... Kakak kan tahu sendiri, ibuku galaknya minta ampun deh," ujarnya memohon pamit.

"Ya udah sana gih bobo, lagian Adek aneh-aneh aja telpon Kakak. Kirain ada apaan, malah nanyain hal yang gak penting banget," ucapku menyuruhnya untuk segera tidur.

"Oke deh Kak, siap laksanakan. Kakak juga cepetan bobo, jangan begadang melulu. Adek pamit ya, Asslamu'alaikum," katanya mengakhiri pembicaraan.

"Wa'alaikumsalam dek, mimpi indah ya Dek. Ntar Kakak nyusul,"ucapku menjawab salam dan setelah itu putuslah hubungan telpon.


Aku kembali menikmati kebutaan malam yang begitu sepi kurasakan. Tak terasa, Air mataku pun mengalir yang sebenarnya sudah kutahan sedari tadi. Benar kata Iqe, sepertinya semalaman ini aku akan menangis dalam kedukaan hati yang begitu sakit kurasakan.

Air mataku bukan karena diputusin dia yang sebelumnya menjadi pacarku. Air mataku mengandung makna lebih dalam bahwa aku benar-benar bodoh dan pengecut.
Iqe, dialah wanita yang sejak dulu kucinta, namun sampai kini tak sepatah katapun mampu kuungkapkan padanya akan dalam perasaanku yang selama ini kupendam.

"Iqe ... Kakak mencintaimu, apakah Kau juga merasakan hal yang sama?" begitulah tanyaku yang selalu terngiang di hati dan fikiranku.


Malam nampaknya beberapa waktu lagi akan berpulang. Dan pagi akan kembali menjelang. Sedang aku di sini, masih bergelut dengan kecamuk rasaku yang kian menjadi. Menangisi kebodohan diri yang tak mampu untuk mengungkapkan cinta padanya yang selalu di hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar