aku

aku
Ruhesa Arsawenda (Syair)

Kamis, 25 Desember 2014

KAUKAH ITU

kutemukan tubuh senjamu terkabar bisu dengan tatapan sendu mengguratkan sesuatu
senyum itu tak lagi indah dari untaian air mata yang aku baca
layaknya kilauan cahaya di pembaringan malam kelabu
bayang-bayang tetaplah jadi titik temu antara pelita dan gulita
akhirnya hanya kebutaan yang menganggapnya sama
tak lain beda semisal gerimis dengan percikan embun yang kehilangan rupa
sekejapnya datang ...
kering melanda ataukah basah mendera

'
'
'

pada suatu ketika di saat adanya waktu sampai pada persimpangan cahaya
aku masih berada di antara riuh pepohonan di bukit luntah layaknya cerita dari syair-syair buta pujangga
nampak kupandang langit sedikit berbeda dengan turun tahta mentari membiaskan rupa jingga berbaur merah saga
biru tinggal sederat lalu terpecah kata kelabu yang bertamu
maka malam mengetuk pintu dangan bunyi-bunyian pilu jerit nyanyian sang pembawa pesan waktu

ya,,senja itu ...
kudapati separas bidadari bersanggul mutiara dengan cadar ungu berselendang biru
menari-nari layaknya putaran pelangi menghentikan derai hujan sekejap pergi
karna yang kurasa tadi kebasahan dalam kebekuan hati seketika berganti esensi seiring lengus nafasku mengisyarakan ketertarikan diri
siapakah gerangan nan elok rupa meski sekerlit mata yang mampu kubaca
terlihat kesucian disana dalam pancara busana berbingkai cahaya

hmmm ... kuciumi aromanya menebar seribu wangi bunga-bunga kopi
diakah bidadari yang selama ini kunanti
harapku mungkin nampak terlalu tinggi
biar,,biar saja tak apalah meski akhirnya hanya persinggahan sepi
kunikmati sejenak dalam kilas waktu persandingan masa jeda
dia yang ragu untuk ku sapa,cukuplah kupuja saja selewat untaian yang kurakit dari bait-bait jiwa
menjadi pematik kilahku menundung kesendirian dengan sedenting kata bicara rasa


ahhh,
ataukah putaran imajinasi yang berwujud dalam titik fikirku mengulas wajah senja menghimpit malam untuk segera menghampiri
namun terasa tersentuh nyata semilir angin menghembuskan nafas kejora
begitupula raut jingga nampak bukan pijaran semu yang yang harus kusangka permainan rindu
ini yang kurasa
ini yang ada dalam benak jiwa
apakah ini mimpi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar