aku

aku
Ruhesa Arsawenda (Syair)

Kamis, 25 Desember 2014

KAU BUKAN UNTUKKU

Bahkan kau takkan pernah tau yang terkesan waktu menghianati cita-cita. Seperti capucino manis bibir tatkala pahit telah jauh berbeda, seduhannya pun tak lagi tiada untuk menjadi kenangan.

'
'


Sebuah tanda pena semusim gugur di akhir Desember yang menjadi kebekuan di belahan bumi lainnya. Gerimis meringkas dengan suasana berbeda menghiasi masa-masa tunggu sehabis kemarau panjang sejak tiga bulan lalu. tersiratlah : ...

Ahhh ... sudah pagi lagi, padahal serasa baru sebentar saja aku memejamkan mata. Begitulah keluhku seperti tak terima dengan cepatnya alur masa berganti nuansa. Pagi nampak sudah mempersunting hawa bumi langit pun telah melukis indah titian cahaya dari wajah surya sekejap meninggalkan panorama jingga, tatkala ketuk embun mengering dedaunan yang masih menyisakan kebasahan di pucuk-pucuknya.

Hmmm ... kiranya mendung masih setia menyetubuhi semesta, gumamku sedikit melirik ke arah langit dari tirai jendela kamarku yang tersingkap sekelebat angin dari arah utara. Beberapa saat aku seperti hilang kesadaran. Kenangku akan sepenggalan kisah setahun lalu dengan nuansa yang sama namun rasa yang berbeda.

Ya, masa itu, seperti saat ini pastilah rajuk manjanya akan menarik sungging senyumku untuk sedikit menggoda. Menguluk sapa dengan tutur kata penuh cinta. Membangunkanku dari kejap mimpi dengan semangat membara. Indahnya masa-masa itu terkenang namun ingin ku lupa.

Aku kembali ke masa kini. Lamunanku tersentak seketika terjaga dari bias mimpi yang baru saja membawaku ke sebuah ruang kerisauan yang kembali menguliti diri. Rindu itu tetaplah pekat mendalam. Ku akui meski tak pernah kuperlihatkan di setiap jejak nyata yang kulalui hari-hari ini. Tak sebegitu mudahnya kulupakan tak sebegitu cepatnya untuk kusisihkan dari hati. Cinta itu ada sampai kini meski bukan keindahan lagi yang kudapati.

Di pagi ini terkuak lagi sebersit luka yang harusnya kubenam dalam lembaran yang tak ingin pernah kubaca kembali. Namun apa daya waktu tak jua memberi restu untukku tegak berdiri dan terus berjalan meninggalkan segala belenggu kisah yang harusnya ku hempas pergi. Apakah ini cinta, terkesan dengan kebodohanku selama ini, mencintainya yang jelas-jelas tak dapat kumiliki. "KAU BUKAN UNTUKKU," kau bukan untukku sekali lagi kutegaskan hati menguatkan diri untuk merelakan cintaku cukup sampai di harapan layaknya sebuah mimpi tak terpenuhi.



" HARAPAN PASTILAH SELALU MERUJUK KEINDAHAN,NAMUN APALAH DAYA BILAMANA HARAPAN HANYALAH SEBATAS HARAPAN,MAKA KETEGASAN UNTUK TERUS BERJALAN MENJADIKAN HARAPAN YANG TAK PERNAH JADI KENYATAAN ITU LAYAKNYA BATU LOMPATAN MERAIH KEINDAHAN LAINNYA YANG BAHKAN LEBIH MEMBAHAGIAAN DARI HARAPAN ITU SENDIRI. "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar