aku

aku
Ruhesa Arsawenda (Syair)

Minggu, 21 Desember 2014

MASIH TERSISA

Terpercik tinta rasa dihunus lembaran jiwa
Terbaca ...
Sebuah guratan pena meski patah di ujung jemari
Tak teraut akhir kata menjadi misteri yang tak terungkap lagi
Tetaplah elegi menyusun caranya sendiri untuk bicara
Layaknya pesan atukah tanda dari genangan yang harusnya tak lagi ada

'
'

Aku tak berdaya berjalan diantara ruang masa dengan timbunan luka-luka
Mencoba berdiri ...
Tertatih di setiap jengkal kaki tertusuk seribu duri
Apa itu cahaya,apa itu pelita yang memberi arah rasa
Yang terlihat nampak gulita menghunus sepi
Menghiasi lorong-lorong mimpi tak untuk kumiliki

Seperti siang ini yang hangat dengan terik surya yang menyengat
Dingin kurasakan terpasung kebekuan hati yang begitu menguliti
Diamku hanya sebuah rindu menunggu titik tenggat
Ataukah seperti terpaku aku ini dalam kujur sunyi
Hilang kesadaran mengguris keheningan
Berbicara terhenti di perasaan
Kelu di bibir tak mampu terucapkan

Serupa apakah?
Serupa apakah yang harus kujalani
Jauh itu tak nampak pelangi yang kunanti
Meski kiranya gerimis telah terhenti membias cahaya mentari
Adanya tak ada
Asanya putus asa

Dan bagaimanapun jua kini ...
Kata rinduku adalah teman sejati
Tertulis itu dalam suratan kata
Terbaca layaknya kais nada dari serpihan aksara
Begitulah kisah yang menjadi kenangku kini
Menghiasi hari-hari dengan sulaman seribu asa hati
Semoga keindahan itu ada untu kumiliki

Karna ...
Masih tersisa rasa itu terwujud dari rindu yang menggebu
Meski kutahu nyatanya waktu tak memberi ruang untuku memadu


"Dan percikan tinta itu semakin terulas dalam pembawaan hati,satu untuk kesekian waktunya mungkin takkan pernah terhenti,kutulis dan kutulis lagi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar