Na, taukah kau, tak ada malamku tanpa bayangmu. Selalu itu yang menjadi cerita mimpi sesaat lelap mengetuk pintu. Mungkin aku yang tak mau mencoba berlalu, tetap bersanding kenang akanmu sepanjang waktu.
Na, aku takkan pernah kehabisan cara mewujudkan hadirmu meski itu nampak semu. Kubaca dan berulang-ulang kubaca berlembar-lembar aksaramu sebagi teman sepiku. Semua karena aku begitu mencintaimu Na dan sempai kapan pun rasa itu takkan penah pudar hingga hayat memanggilku untuk menemuimu.
Na, maafkan aku, sekali lagi maafkan aku. Senyum itu telah hilang seiring kepergianmu. Hanya kini tersisa topeng rasa yang nampak tegar dengan serinu kedukaan yang begitu dalam tertanam di dasar jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar