aku

aku
Ruhesa Arsawenda (Syair)

Selasa, 16 Desember 2014

KARENA AKU MENYAYANGIMU

Tak selalu apa yang terlihat itu selaras dengan kenyataan. Selalu ada sisi lain dimana letak kejujuran itu akan selalu terjaga. Seperti gerimis yang tak selalu mendatangkan hujan. Adalah secercah pelangi menjadi wujud keindahan yang terkadang dilupakan.
Senja di  tahun yang kedua. Sebuah relita tentang kenyataan hidup yang jauh dari cita-cita. Keputus-asaan, tiada semangat untuk melangkah kedepan, dalam terpuruk kedukaan. Semua terlihat jelas di wajahnya yang tak lagi ceria seperti dulu.
,
,
,

“Kak, ayo bangun!” seru seorang gadis yang mencoba membangunkanku di sebuah kamar kost-kostan yang nampak begitu berantakan.

“Kak, ayo bangun! Ini udah siang. Hari ini kan ada jam tambahan untuk persiapan UAN mendatang,” serunya lagi sembari menggoyang-goyangkan badanku.

“Aaaah ... apaan sih dek? Inikan hari minggu, mana ada jam tambahan segala. Kakak mau tidur aja, nie mata masih ngantuk banget,” kilahnya sembari membalikkan badan membelakangi.

“Kakak, ayo bangun dong! Beneran hari ini ada jam tambahan. Kemarin udah diberitahukan,” ucapnya meyakinkanku.

“Kapan? Kakak kok gak tahu,” kataku menyangkalnya.

“Ya iyalah Kakak gak tahu, kemarin kan Kakak bolos,” jawabnya dengan wajah cemberut.

 “Terus ... apa hubungannya sama kakak, kakak males ah, mending tidur aja,” kataku seakan cuek-cuek saja.

Akhirnya gadis itu menyerah untuk bisa membangunkanku yang nampak begitu lekat dengan bantal dan tempat tidur. Ya, gadis itu adalah rina yang sebetulnya temen sekelasku. Dia memanggilku kakak, dikarenakan usia kami selisih satu tahun. Sebenarnya sih dia adek kelasku, tapi karena waktu UAN tahun lalu aku gak lulus, kami jadi sekelas.

Sedang aku sendiri seorang laki-laki yang ganteng sih sebenernya ... hehe, tapi karna gak begitu memperhatikan penampilan makanya aku kelihatan kucel. Mungkin itu semua karena aku hidup sebagai anak kost, jadi gak punya waktu buat gaya-gaya an segala, buat makan aja susah apa lagi buat hal-hal yang macem-macem. Ku akui, memang akhir-akhir ini males ngapa-ngapain. Apalagi yang berhubungan dengan pelajaran sekolah dan segala macemnya itu, semuanya bikin pusing bagiku. Padahal dulu aku termasuk seseorang yang punya semangat tinggi. Istilahnya tak ada kata mundur bagiku saat aku menargetkan sesuatu. Namun kini semua terlah berubah. Hidupku seperti sebuah kesia-sian, tak ada semanggat sekalipun untuk menatap kedepan. Cita-citaku hancur, mimpi-mimpiku hancur sesaat kepergian seseorang yang sangat aku cintai. Dia pergi tanpa penjelasan, dia pergi meninggalakan beribu pertannyan yang sampai kini belum jua kutemukan jawabannya.


Dia adalah Luna, adek kelasku sekaligus sahabatnya Rina sewaktu dulu. Saat itu, sewaktu aku masih duduk di kelas dua, aku mulai menjalin hubungan denganya. Ya mungkin bisa dikatakan pacaranlah. Hubungan kami berjalan cukup nyaman dan menyenangkan. Tak ada pertengkaran, tak ada rasa keegoisan akan masing masing diri. Kami menjalni hubungan itu dengan rasa pengertian dari hati. Hari-hari sewaktu itu begitu indah. Penuh keceriaan, penuh senyum tawa, semuanya kita lewati bersama. Sampai suatu ketika merubah segalanya. Hidupku seakan hancur, semangatku hilang. Dan hingga sampai saat ini dimana tahun yang kedua sejak pertama kali aku berjumpa dengannya, sakit hatiku masih begitu jelas kurasakan. Seperti sebuah penghianatan seperti sebuah tikaman tepat mengena di hatiku. Dia pergi hanya dengan sebuah pesan untuk melupakannya.




Sore itu ....

“Kakak, tungguin!” seru seorang gadis menghentikan langkahku.

“Owh kamu toh, Dek,” ucapku saat kutahu gadis yang memanggiku itu adalah rina.

“Ya iyalah, emang siapa lagi? Oh ya Kak, kakak kemana aja? Kok tiga hari gak masuk sekolah,” tanyanya yang nampak begitu serius padaku.

“Gak kemana-mana kok dek, kakak cuma mau refresing aja, abisnya bosen masa hari-hari harus ke sekolah melulu,” jawabku santai.

“Lho kok gitu sih, Kak? Bentar lagi kan mau UAN , emang kakak mau gak lulus lagi ntar?” ucapnya beruntun.

“Terserahlah Dek, gak lulus ya gak lulus, itu gak kakak pikirin lagi. Kakak gak punya semangat untuk belajar, kakak gak punya lagi cita-cita. Semua telah hilang semua telah sirna sejak kepergian Luna. Kau tahu itu kan Dek?” jawabku sembari menahan sesak di dada yang kembali mengguris luka hati.

“Kakak gak boleh ngomong gitu, kakak harus semangat! Yang lalu biarlah berlalu Kak, jangan sanpai senua itu membuat kakak terlalu dalam terpuruk dalam kedukan seperti saat ini. Kakak harus melihat kedepan. Masih banyak mimpi-mimpi lain tentunya dengan kebahagiaan yang akan kembali kakak dapatkan. Percayalah Kak, percayalah!” ucapnya bertubi-tubi membuatku terenyuh hingga tak mampu kutahan air mata. Aku pun menangis meski tak terisak.

“Kak, kakak harus kuat ya! Kakak gak boleh bersedih terus seperti ini!” katanya mencoba menguatkanku. Namun terlanjur air mataku pecah. Terasa nyeri di hati saat sekilas wajah luna kembali membayang dalam  fikiranku.

“Kak, sebenernya dari kemaren-kemaren adek nyariin kakak itu mau nyampiin surat ini,” katanya sembari memperlihatkan sebuah surat dengan amplop warna merah jambu.

“Apaan tu Dek, pentingkah?” tanyaku padanya.

“Yang jelas penting Kak, ntar baca aja sendiri aja!” jawabnya menyiratkan sesuatu.

“owh ... gitu toh,” kataku tanda mengerti.

“Ya udah kalo gitu, adek pulang duluan ya Kak, jangan lupa ntar itu dibaca lho!” katanya sembari melangkahkan kaki berjalan meninggalkanku sendiri.

Sore telah berganti malam. Senja telah berpulang menutuh kisah cahaya dengan kebutaan nuansa. Tak terlihat rembulan di langit sana, tak terlihat satupun bintang berkedip memberi sapaan. Langit begitu kelabu untuk kupandang, sekelabu hatiku dalam kecamuk perasaan. Entah kenapa malam ini aku merasa ada sesuatu yang akan merubah segalanya. Apalagi saat ini ketika aku mulai untuk membuka sebuah surat yang berada di balik amplop merah jambu itu, hatiku tiba-tiba saja berdebar. Dan akhirnya kubuka juga, didalanya kutemukan sepucuk surat dengan tulisan yang begitu kukenal. “Ya ini tulisannya Luna,” kataku dalam hati yang begitu kuyakin dengan gaya tulisannya yang takkan pernah aku lupa. Aku pun menjadi penasaran, tak menunggu lama bergegas kubaca surat itu ...


“ Assalamu’alaikum wr.wb.


Kakak apa kabar? baik kan. Maafin atas segala kesalahan adek ya kak. Adek tahu kakak pasti benci banget sama kakak karena dulu adek begitu saja ninggalin kakak tanpa penjelasan apapun. Adek ngerti kok, adek jg gakkan menyangkalnya. Tapi asal kakak tahu gak ada sedikitpun di benak hati adek sengaja menyakitin kakak atau meninggalkan kakak begitu saja. Semua ada alasannya kak dan kakak akan mengerti bagaimana perasaan adek setelah kakak membaca surat dari adek ini.

Kak, adek tu benar-benar sayang banget sama kakak. Gak ada kebohongan disana kak. Rasa sayang adek ini tulus buat kakak bahkan kepergian adek waktu itu karna adek sayang sama kakak. Adek tu gak pengen melihat kakak bersedih kalau tahu adek sakit. Apalagi penyakit adek ini tak dapat disembuhkan. Oleh sebab itu, adek memutuskan untuk meninggalkan kakak. Adek berharap kakak akan menemukan pengganti yang lebih baik dari adek.

Kak, ketika surat ini sudah sampai ketangan kakak, berarti adek sudah pergi untuk selama-lamanya dari dunia ini. Adek mau kakak gak akan menangis dan bersedih dengan kepergian adek. Kakak harus kuat, kakak harus terus semangat menjalani hidup. Berjanjilah kak! Kakak gak boleh terus-terus terlarut dalam kesedihan karna kepergian adek, itu akan mambuat adek gak tenang di sana. Kakak gak mau itu kan? Makanya mulai saat ini kakak harus kembali tersenyum buat adek, biar adak merasa damai nantinya.

Kak, adek sayang banget sama kakak. Maafin adek ya kak, karna adek gak bisa menjadi kekasih yang baik buat kakak, tapi asal kakak tahu adek akan selalu sayang sama kakak. Maka, bila kakak juga sayang sama adek, kakak harus bisa bangkit lagi demi adek, demi orang-orang yang menyayangi kakak.

Sudah cukup sekian saja pesan dari adek ya kak. Adek berharap, semoga kakak selalu diliputi kebahagiaan sepanjang waktu meski itu tanpa adek di sisi kakak. Makasih juga atas segalanya yang telah kakak berikan sama adek. Semuanya itu merupakan hal-hal yang paling indah yang adek dapatkan di dunia ini. Adek sayang sama kakak.

Wa’alaikumsalam wr.wb.

Dariku yang selalu mencintaimu

Luna


Selasai kubaca surat itu, seketika air mataku pecah tak tertahankan. Tak kusangka dugaanku selama ini telah salah. Tak ada penghianatan darinya, tak ada satupun itu yang kutuduhkan padanya. Kepergiannya ternyata karena dia begitu tulus menyayangiku.

Kini setelah kutahu segalanya, sesalku menyeruak. Menghakimi betapa bodohnya aku selama ini. Aku telah mengecewakannya dengan apa yang aku lakukan sampai saat ini. Maka mulai malam ini aku berjanji, aku akan kembali melangkah kedepan. Meraih mimpi, meraih cita-cita agar dia di sana dapat merasakan kedamaian. Semua kulakukan karena aku begitu mencintainnya dan takkan pernah hilang itu sampai kapan pun juga.

Malam kian larut, larut pula aku dalam gejolak rinduku akannya yang telah pergi untuk selamanya. Semilir angin, gemerisik dedaunan seakan itu menambah nuansa semakin sendu menyelimuti rasaku yang penuh kerinduan. Dan sepertinya malam-malam nanti akan tetap sama dengan gejolak rinduku yang enggan terpejam. Semua karena aku begitu menyayanginya, semua karena aku begitu menyayanginya. Dialah cinta yang takkan terganti ... untukku sampai akhir nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar