aku

aku
Ruhesa Arsawenda (Syair)

Selasa, 09 Desember 2014

AKU SEPERTINYA MENGENALMU

" Apapun yang kita sangka belum tentu seperti adanya yang dinyana
terkadang rahasia cukuplah menjadi rahasia, seperti berjalannya waktu yang pasti akan berlalu,suatu saat segalanya akan terbuka dengan sendirinya ."
,
,


Waktu terus bergulir seiring denting-denting semusim lara,separas kemarau yang kini hampir menemui ujung jeda. Rintik-rintik gerimis mulai nampak mengais debu-debu di sepenggal jalan yang selalu kulalui sepanjang hari. Ya...sudah beberapa bulan berlalu masih saja kupandangi tempat dimana kejadian itu berlaku. Di sebuah trotoar di perempatan lampu merah aku berjumpa dengan seorang gadis bermata sendu yang mengalihkan perhatianku.

Saat itu...serasa degup jantungku tiada menentu memandang dia yang tersenyum padaku. "Ahhh...siapakah dia?" dalam hati aku bertanya-tanya, sepertinya aku mengenalnya sepertinya aku sudah pernah berjumpa dengannya. Kerning fikirku terus-terus saja mencoba mengingat-ingat kembali, siapakah dia gadis bermata sendu yang tersenyum padaku.

Kuhitung waktu sekiranya lima menit telah berlalu dan dia tetap saja memandangku dengan keramahan yang membuatku semakin ingin tahu. Akhirnya ... aku memberanikan diri berjalan mendekati, lalu ... dengan deru nafas yang nampak menggebu aku menyapanya dengan sehatur salam sekenanya dengan sedikit terbata-bata.

"Duuuh ... apa ini yang kurasa kenapa aku begitu sulit untuk bicara," keluhku dalam hati. sesaat itu juga dia pun menjawab dengan tutur katanya yang serasa seperti basuhan embun di usap hatiku seketika. Begitu lembut begitu damai suaranya yang terdengar hingga membuatku kian salah tingkah. Dan aku pun terdiam beberapa waktu sembari mengumpulkan kata kata yang akan ku ucapkan. aku bertanya padanya ... "Apakah kita sudah saling kenal sebelumnya?" serentak itu terucap seiring getar bibirku kelu seperti tertahan sesak. Dia hanya tesenyum-senyum penuh arti,mengilaskan misteri yang membuat rasa keingintahuanku memuncak tak tertahan lagi. lalu diapun berucap ..."Apakah kau masih ingat dengan sapu tangan putih berenda bercorak mawar merah."

Aku berpikir sejenak sembari mengingat-ingat sesuatu. Sapu tangan ya sapu tangan,aku serasa mengingatnya. "Kau ... Kau apakah anak itu," kataku serasa tidak percaya juga tidak menduga. Diapun hanya tersenyum penur arti kemudian berjalan naik bis yang sepertinya sudah lama dinantinya sedari tadi. Sedang aku masih tergugu dengan berbagai rasa yang berkecamuk dalam hati dan fikiranku. Ingin kutanya lagi padanya namun kiranya dia sudah jauh pergi meninggalkanku yang berdiri terpaku disini.

Huuuhh ... lelah terasa menerpa jiwa,peluh seakan telah membasahi raga. Aku telah kembali ke tempat persinggahanku di sebuah rumah tua berdinding kayu. Serentak itu ... aku tak menungu lama untuk mencari sesuatu. Ya ... sebuah sapu tangan putih bercorak mawar merah akhirnya kutemukan masih tersimpan rapi dengan sedikit bercak darah. "Hmmm ... sekarang aku baru ingat," begitulah kataku dalam hati. ternyata benar dia yang menolongku waktu itu. Samar-samar wajahnya terbayang meski sedikit bertambah dewasa, memang kenyataanya sudah beberapa tahun berlalu.

Kini sudah tiga bulan berlalu sejak aku berjumpa di kesempatan kedua itu yang membuatku selalu mengingatnya. Tiada lagi kutemukan dia meski sepanjang hari aku menunggu dan berharap dia ada disana. Sungguh penyesalanku saat ini bercampur dengan kecamuk rasa yang seakan menyalahkan diri, kenapa saat itu aku tak seketika mengenalinya, bahkan namanya pun aku tak tahu. Hanya sapu tangan putih ini menjadi penyanding hati tatkala lamunanku kembali mengingat-ingat waktu itu yang sudah lama pergi. Tentang dia gadis bermata sendu dengan senyuman yang menarik hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar