apa yang kutuliskan tak lebih cukup untuk mengurai rasa
pun seberapa banyak lembaran tercipta tetaplah masih kurang untuk bercerita
tentang bagaimana ini ada
tentang bagaimana wujudnya menyapa
mungkin aku terlalu bodoh untuk mereka-reka
membutakan hati yang ternyata kiasan saja
karna nyatanya tumbuh itu sekelumit cinta
membuihkan rindu membara sepanjang waktuku menjejak masa
dan selanjutnya adalah caraku menjulurkan kata hati
menyemai benih-benih intisari dari kedalaman aku punya puisi
dan biarlah sampai patah penaku tak teraut lagi
kecap bibirku takkan terhenti meski hanya terlukis dalam larik imaji
ini awalnya sekelebat didengar sepi
tiba-tiba hadir mengisi rongga-ronga sunyi
itulah kau kiranya penoreh dengan senyum mentari
hangat merajuk jiwa damai menyetubuhi hati
ya, aku benar-benar mencinta
meski ku tak tahu serupakah sama kau punya rasa
tak apalah, kucukupkan hasrat hati bila tak mampu memiliki
teduh senyummu itu biar kujadikan pembingkai hari-hariku yang selalu merindui
kau mungkin yang terpuja tak untuk jadi nyata
sedang aku hanya sang pengagum dengan kerendahan kasta
mimpi kiranya selubuk sia masih harus kujajari
meraih cintamu bagai mengendapkan rasa dalam jenjang sepi
begitunya rindu ini
begitunya rasa ini
cinta yang membutakanku lagi
cinta yang menemukanmu untuk kurindui
Tidak ada komentar:
Posting Komentar